Pilpres Amerika Serikat, Joe Biden PD Yakin Menang

- 5 November 2020, 11:23 WIB
Dua kandidat Presiden AS, Donald Trump (kiri) dan Joe Biden (kanan) menanti hasil tabulasi suara Pilpres
Dua kandidat Presiden AS, Donald Trump (kiri) dan Joe Biden (kanan) menanti hasil tabulasi suara Pilpres /kartika mahayadnya/bandungraya-pikiran rakyat

INDOBALINEWS -Tak beda jauh dengan kisah-kisah pemilihan presiden (Pilpres) di segala pelosok dunia, pun begitu di Pilpres Amerika Serikat yang diwarnai dengan aksi saling klaim kemenangan dan tuntutan penghitungan ulang.

Pada Pilpres AS yang bakal segera usai dengan munculnya pemimpin baru negara adi daya itu, masing-masing kandidat pun saling bermanuver untuk melegitimasi penerimaan rakyatnya dalam pemilihan suara.

Baca Juga: Liga Champions, Juventus Pukul Telak Ferencravos 4-1

Sang penantang petahana, Joe Biden dari Partai Demokrat pada Rabu 4 November 2020 waktu setempat seperti yang dikutip indobalinews.com dari antaranews.com dari Reuters,  pun mengklaim tengah selangkah lagi menuju kursi presiden.

Hal itu dikatakannya setelah melihat catatan bahwa kubunya unggul di dua negara bagian penting di kawasan Midwestern, yaitu Wisconsin dan Michigan. Dikatakannya dirinya sedang mengarah pada kemenangan atas Presiden Donald Trump dalam pemilihan Amerika Serikat.

Baca Juga: Sudah 11.979 Orang Positif Covid-19 di Bali Hingga 4 November 2020

"Saya di sini bukan untuk menyatakan bahwa kami telah menang. Tapi saya di sini untuk melaporkan bahwa ketika penghitungan selesai, kami yakin akan menjadi pemenang," ujar Biden di negara bagian tempatnya berasal, Delaware. Ia muncul bersama pasangannya, calon wakil presiden Kamala Harris.

Lebih lanjut dikatakanya, sekarang setelah malam penghitungan yang panjang, jelas bahwa pihaknya memenangi cukup banyak negara bagian untuk mencapai 270 suara elektoral yang dibutuhkan untuk memenangi kursi kepresidenan.

Baca Juga: BI Bali Dorong Pemuda Bertranformasi Digital, Bertahan Lewati Masa Pandemi

Sementara itu, di saat yang tak berjarak lama, Trump sang petahana dari Partai Republik mengajukan tuntutan hukum dan penghitungan ulang.

Wisconsin dan Michigan memberi Biden, mantan wakil presiden, dorongan penting dalam pertarungan untuk mengumpulkan 270 suara elektoral yang dia dibutuhkan untuk memenangi Gedung Putih. Trump menang di dua negara bagian itu pada pilpres 2016. Kekalahan di Wisconsin dan Michigan akan mempersempit jalannya untuk mengamankan kursi kepresidenan periode kedua.

Baca Juga: Operasi Zebra di Badung Bali Tak Ada Tilang, Surat Tilang Diganti Masker Gratis

Tim kampanye Trump meminta turun tangan dalam kasus yang belum selesai di Mahkamah Agung AS tentang apakah Pennsylvania, negara bagian penting lain yang masih memproses ratusan ribu surat suara yang masuk, harus diizinkan untuk menerima surat suara yang datang belakangan, yang dikirimkan pada Hari Pemilihan. Tim Trump juga mengatakan akan meminta suara di Wisconsin dihitung ulang.

Tim menambahkan bahwa pihaknya telah mengajukan tuntutan hukum di Michigan dan Pennsylvania agar penghitungan suara di sana dihentikan, dengan alasan bahwa para pejabat tidak memberikan akses yang adil ke tempat-tempat penghitungan.

Baca Juga: Sidang Kasus IDI Kacung WHO, Jerinx Dituntut 3 Tahun Penjara

Secara keseluruhan, manuver hukum Trump merupakan upaya luas untuk memperebutkan hasil pemilu yang belum diputuskan, satu hari setelah jutaan warga negara AS datang di tempat pemungutan suara, di tengah pandemi virus corona yang telah mengubah kehidupan sehari-hari masyarakat.

Manuver berlangsung setelah Trump pada Rabu pagi melancarkan serangan terhadap integritas suara, ketika sang presiden secara tidak benar mengklaim kemenangan dan menyatakan --tanpa pembuktian-- bahwa Demokrat akan mencoba mencurangi pemilihan.

Baca Juga: Demo Tuntut Pertanggungjawaban AWK 3 November Diminta Taat Prokes dan Damai

Biden mengatakan, "Setiap suara harus dihitung. Tidak ada yang akan bisa melucuti demokrasi kita, tidak sekarang, tidak untuk selamanya. Amerika sudah begitu jauh melangkah, Amerika sudah melewati begitu banyak perjuangan, Amerika sudah menanggung terlalu banyak untuk membiarkan itu terjadi."

Trump berusaha menghindar menjadi presiden AS petahana pertama yang kalah dalam pemilihan ulang sejak George H.W. Bush pada 1992. Biden memenangi Michigan dengan 67.000 suara, atau 1,2 persen dan unggul di Wisconsin dengan lebih dari 20.000 suara, atau 0,6 persen, menurut angka dari Edison Research, yang memproyeksikan Biden sebagai pemenang di Michigan.

Baca Juga: Bali Dapat Prioritas Uji Coba Bus Listrik

Beberapa media memproyeksikan Biden sebagai pemenang di Wisconsin, namun Edison tidak melakukannya dengan alasan penghitungan ulang yang tertunda. Undang-undang Wisconsin mengizinkan seorang kandidat untuk meminta penghitungan ulang jika marginnya di bawah satu persen. Langkah itulah yang akan diambil oleh tim kampanye Trump.

Ketikan menanggapi gugatan penghitungan suara Michigan, Ryan Jarvi, juru bicara jaksa agung negara bagian itu, mengatakan pemilihan telah "dilakukan secara transparan."

Baca Juga: Polisi Amankan 5 Remaja dalam Balap Liar di Gianyar Bali yang Resahkan Warga

Pemungutan suara selesai sesuai jadwal pada Selasa 3 November 2020 malam, tetapi banyak negara bagian biasanya membutuhkan waktu berhari-hari untuk menyelesaikan penghitungan suara.

Ada lonjakan jumlah surat suara secara nasional di tengah pandemi. Negara-negara bagian lain yang diperebutkan dengan ketat,termasuk Arizona, Nevada, Georgi,a dan North Carolina masih menghitung suara, sehingga membuat hasil pemilihan nasional tidak pasti.

Baca Juga: Pengurus Pusat Wanita Islam Sikapi Presiden Prancis

Saat ini, tidak termasuk Wisconsin, Biden memimpin atas Trump dengan perolehan suara elektoral 243 berbanding 213. Jumlah suara elektoral di setiap negara bagian sebagian besar didasarkan pada populasi di sana.(***)

Editor: Shira Ade

Sumber: Reuters Antaranews.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah