Ketika Tilem Berbarengan Kajeng Kliwon, Ini Makna dan Kesakaralan bagi Umat Hindu

5 September 2021, 06:32 WIB
Hari Tilem berbarengan Kajeng Kliwon jatuh pada Senin 6 September 2021. /Instagram @filsafat_hindu

INDOBALINEWS - Umat Hindu tidak asing lagi dengan kesakralan dua hari suci yakni Purnama dan Tilem, terlebih lagi saat datangnya bersamaan dengan Kajeng Kliwon.

Berdasarkan pawukon kalender Bali, pada Senin, 6 September 2021 besok, Tilem Sasih Katiga berbarengan dengan Kajeng Kliwon Nyitan.

Ketua Parisadha Hindu Dharma Indonesia Kabupaten Badung Dr. Drs. Gede Rudia Adiputra, M.Ag.  mengatakan Kajeng Kliwon yang jatuh pada saat Purnama dan Tilem maka ada dua macam yakni Kajeng Kliwon Nyitan dan Kajeng Kliwon Wudan.

Baca Juga: Rahina Tilem Berikan Vibrasi Positif untuk Manusia dan Alam Semesta, Ini yang Dilakukan Umat Hindu

Kajeng Kliwon Nyitan adalah Kajeng Kliwon yang terjadi pada masa penanggal (hari-hari setelah bulan mati menuju bulan purnama).

Sedangkan Kajeng Kliwon Wudan adalah Kajeng Kliwon terjadi pada masa hari-hari setelah Purnama menuju Tilem berikutnya.

“Adapun yang patut dipuja pada hari Kajeng Kliwon adalah dewata dari hari wawaran bersangkutan, seperti dewatanya hari Kajeng adalah Sanghyang Manacika atau Dewa Mahadewa yang berstana di arah barat, sedangkan dewata hari Kliwon adalah Sanghyang Garga atau Dewa Shiwa,” katanya kepada Indobalinews pada Sabtu, 4 September 2021 malam.

Sebagai perhitungan hari baik dalam hubungan upacara Panca Yadnya dinyatakan bahwa hari Kajeng Kliwon adalah hari yang baik untuk pemujaan kepada Tuhan Yang Mahaesa untuk memohon keselamatan seluruh makhluk hidup termasuk flora dan fauna dan palemahan (lingkungan) termasuk para Bhuta.

Baca Juga: Ramalan Zodiak 5 September 2021: Prediksi Kesehatan, Suasana Hati, dan Aktivitas Lain 

“Berkaitan dengan Kliwon yang posisinya ada di madya (tengah) dengan dewatanya Shiwa yang berstana di tengah (dalam) bermakna bahwa umat Hindu dalam memujaNya patutlah dengan sikap lahir batin yang disebut mulat sarira,” kata Gede Rudia Adiputra.

Mulat sarira yang dimaksudkan adalah  mawas diri dalam kondisi terkendali ke dalam lubuk hati, bermeditasi untuk perenungan diri, atau istilah yang lebih sakral adalah melakukan tapa brata yoga semadi.

Gede Rudia Adiputra mengatakan pada saat Tilem bertepatan dengan Kajeng Kliwon umat Hindu patut melakukan introspeksi dilanjutkan dengan pemujaan atau bersembahyang ke hadapan Sanghyang Widhi dengan manifestasinya.

“Semoga semua umat Hindu tanpa kecuali senantiasa dapat berbakti kepada Hyang Widhi dan Bhatara Leluhur untuk memohon waranugraha dalam bentuk tutunan serta penerangan batin agar dapat melaksanakan swadharma kehidupan di dunia ini,” katanya.***

Editor: M. Jagaddhita

Tags

Terkini

Terpopuler