Memahami Makna Piala MotoGP Karya Pelaku Ekraf Bali

- 21 Maret 2022, 11:43 WIB
Piala MotoGP karya pelaku Ekraf Bali Tuksedo Studio pimpinan Gusti Handoko saat diserahkan kepada para juara dunia di hari terakhir event di Sirkuit Mandalika Lombok Minggu 20 Maret 2022.
Piala MotoGP karya pelaku Ekraf Bali Tuksedo Studio pimpinan Gusti Handoko saat diserahkan kepada para juara dunia di hari terakhir event di Sirkuit Mandalika Lombok Minggu 20 Maret 2022. /Dok Humas Kemenparekraf

Tuksedo Studio sendiri lebih dikenal dalam kapasitasnya sebagai spesialis manufaktur mobil-mobil klasik yang dibuat secara handmade. Namun oleh ITDC, Tuksedo Studio dipercaya untuk merancang dan melakukan produksi piala Pertamina Grand Prix of Indonesia (MotoGP Mandalika 2022).

Gusti Handoko, pimpinan Tuksedo Studio menjelaskan desain piala tersebut terinspirasi dari “Obor” yang melambangkan menyalanya api kompetisi balap yang panas.

Baca Juga: Liga 1 BRI: Bali United Usung Misi Jaga Momentum Juara Saat Jumpa Madura United

Api itu sendiri juga selanjutnya menjadi simbol inspirasi dari bangkitnya perekonomian Indonesia. Sekaligus bukti bahwa Indonesia tidak hanya mampu mengadakan event berskala internasional hanya sekali dua kali, tapi juga sebagai negara yang memiliki kemampuan artistik dan produksi tahap dunia secara terus menerus.

"Terutama pada sektor pariwisata yang terdampak oleh pandemi dengan harapan besar agar kita dapat sama-sama menjaga sehingga api dari 'obor' ini tidak pernah padam," ujar Gusti seperti dilansir dari siara resmi Kemenparekraf Senin 21 Maret 2022.

Lebih lanjut dikatakan Gusti, terdapat corak motif lokal di bagian pinggir piala. Sementara di bagian atas dilengkapi dengan pola siluet sirkuit Pertamina Mandalika International Street Circuit.

Baca Juga: Ratusan Penumpang Shuttle Bus MotoGP Asal Lotim Terlantar, Kadis Dishub Provinsi NTB Diminta Mundur

Adapun material bahan dasar alumunium yang ringan dan memiliki kekuatan yang tepat untuk menopang kecepatan dipilih Tuksedo Studio untuk melambangkan ajang balap yang pemenangnya ditentukan oleh kecepatan pengendara serta performa kendaraan.

"Ini merupakan sebuah bukti jika Indonesia tidak hanya mampu dalam mengadakan sebuah ajang berskala dunia namun juga fakta bahwa para seniman dan pekerja lokal memiliki kapasitas yang mumpuni untuk merancang dan membuat langsung dengan tangan sendiri sebuah karya seni berkelas dunia," tegasnya.

Baca Juga: Pengalaman di All England Perdana Langsung Jadi Juara, Bagas dan Fikri Berurai Air Mata

Halaman:

Editor: Shira Ade


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah