Gangguan Mental: Gejala, Penyebab dan Cara Mengobati

- 23 Maret 2022, 08:59 WIB
Ilustrasi Gila!
Ilustrasi Gila! /Pixabay/superlux91/

 

INDOBALINEWS - Gangguan mental bisa menyeraang siapa saja, kasus terbaru adalah seorang ibu muda yang menggorok 3 anaknya di Brebes Jawa Tengah yang diduga mengalami gangguan mental, depresi.

Prof. Luh Ketut Suryani seorang Psikiater saat acara Webinar PKK Provinsi Bali bertema “Gangguan Mental : Gejala, Penyebab dan Mengobati”  mengatakan bahwa gangguan mental adalah kondisi kesehatan yang mempengaruhi pikiran, perasaan, perilaku, suasana hati atau kombinasi diantaranya.

"Kondisi ini dapat terjadi sesekali atau berlangsung dalam waktu yang lama (kronis) dengan gejala waham atau delusi dimana seseorang meyakini sesuatu yang tidak nyata dan bersifat halusinasi," ujar Prof Suryani dalam webinar yang digelar Senin 21 Maret 2022.

Baca Juga: 'Sebelum Masuk Sekolah Dasar, Anak Anak Wajib Melalui Jalur Paud'

Lebih lanjut dikatakannya selain itu kondisi ini juga kerap mengalami suasana hati yang berubah-ubah, perasaan sedih yang berlangsung dalam kurun waktu lama.

"Juga mengalami gangguan makan dan perubahan pada pola tidur, sering marah berlebihan hingga melakukan kekerasan bahkan suka berteriak tidak jelas bahkan sampai memiliki ketergantungan pada obat-obatan terlarang," imbuhnya dalam webinar yang juga menghadirkan sejumlah nara sumber lainnya yaitu dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana, Psikiater Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dan Putri Koster Ketua TIm Penggerak PKK Provinsi Bali.

Dijelaskannya bahwa terdapat beberapa penyebab terjadinya gangguan mental diantaranya adanya gangguan pada fungsi sel saraf di otak, infeksi, kelainan bawaan, kerusakan otak akibat benturan, kekurangan oksigen pada otak bayi saat proses persalinan.

Baca Juga: Pencuri Spesialis TV: Modus Pura Pura Sewa Kos Kosan Elit, Ternyata Incar TV untuk Dijual di Marketplace

Penyebab lain bisa juga karena memiliki keluarga atau orangtua yang gangguan jiwa, kekurangan nutrisi, peristiwa traumatis, kehilangan orangtua atau disia-siakan pada usia kecil, kurang mampu bergaul dengan oranglain, perceraian atau perpisahan dengan pasangan dan perasaan rendah diri atau kesepian.

Jadi dua penyebab gangguan mental baik itu faktor biologis ataupun faktor psikologis sama-sama memiliki peran untuk dihindari.

Untuk mencegah terjadinya gangguan mental perlu dukungan banyak pihak agar kita tidak berdiri sendiri dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah yang muncul.

Baca Juga: Kasus Aktif Covid 19 di Bali Terus Konsisten Turun

Karena secara global pengobatan gangguan mental dapat dilakukan dengan cara datang langsung ke psikiater untuk melakukan psikoterapi, obat-obatan, rawat inap.

Juga suport grup dimana minimal dilakukan oleh anggota pengidap penyakit mental yang sudah dapat mengendalikan emosi dengan baik, stimulasi otak dengan melakukan terapi elektrokonvulsif, stimulasi magnetic transkranial, pengobatan eksperimental, pengobatan terhadap penyalahgunaan zat terlarang (NAPZA).

Dan yang terpenting adalah membuat rencana bagi diri sendiri, contohnya mulai mengatur gaya hidup dan kebiasaan sehari-hari untuk melawan penyakit mental.

Baca Juga: Beasiswa S2 Dalam dan Luar Negeri 2022 dari Kominfo: Cek Link Daftar, Jadwal, Jurusan dan Universitasnya

Dalam hal ini keluarga adalah komponen utama yang memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan mental.

"Karena seperti yang diketahui bersama bahwa sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945," terangnya.

Di kesempatan yang sama Putri Koster menyoroti meningkatnya kasus bunuh diri yang diakibatkan oleh gangguan mental dan tekanan yang tidak dapat dikendalikan oleh seseorang.

Baca Juga: Raisa Rilis Album ke 4, Ini Lirik Lagu Berdamai Dalam Karya Bertajuk It’s Personal

“Banyak permasalahan yang terjadi saat ini, namun sebagian orang lebih memilih diam dan memendam permasalahannya, sehingga orang lain tidak akan mengetahui apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dibantu untuk meringankan beban orang tersebut. Hal inilah yang nantinya dapat memicu seseorang akan memilih untuk mengambil tindakan cepat untuk mengakhiri hidupnya," ujar Putri.

Untuk itu ia mengimbau agar semua pihak untuk dapat saling perduli dengan lingkungan dan tetangganya. "Karena itulah fungsi kita menyama (bersaudara) untuk saling dapat memperhatikan dan meringankan beban oranglain,” tegas  Putri Koster.***

Editor: Shira Ade


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah