Al-Quran Kuno Berusia 363 Tahun, Ini Keajaiban Senjata yang Menyertainya  

13 April 2021, 05:58 WIB
Al-Quran berusia 363 tahun yang kini dimiliki warga Majalengka, Jawa Barat. /Pikiran Rakyat/Tati/

 

INDOBALINEWS – Sebuah kitab Al-Quran kuno yang disimpan Ridwanuddin, warga Majalengka, pernah dibawa ke Madura. Tapi naas, perahu yang ditumpangi oleng dan karam dengan seluruh barang bawaan. Anehnya, rombongan yang selamat mendapati kitab tersebut sudah berada di rumah.

Kisah tersebut meruoajan salah satu keajaiban dari Al-Quran berusia 363 tahun yang kini tersimpan di rumah Ridwanuddin di Blok Pasantren, Desa Pageraji, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka. Kitab yang ditulis tangan di atas kulit kayu itu hanya dibuka setahun sekali saat haul di makam Pageraji.

Usia kitab 363 tahun mengacu kepada tulisan yang tertera pada halaman pertama yakni tahun 1658, nama penulis KH TB Lathifoedin, dan nama tempat Pageraji, Maja, Madjalengka.

Baca Juga: Soal Perbedaan Jadwal Imsak Puasa Ramadan, Begini Cara Menyikapinya

Baca Juga: Catat, Ini Panduan Ibadah Ramadan dan Idul Fitri di Masa Pandemi 

Kitab ini dijilid dengan bahan kulit hewan berwarna cokelat, berdimensi panjang 35,5 cm; lebar 24 cm, ketebalan isi enam centimeter dan ketebalan isi plus jilid menjadi tujuh centimeter.

Ridwanuddin mengatakan belum pernah menghitung berapa lembar isinya karena takut merusak halaman kitab tersebut.

Beberapa lembar memng sudah rapuh, di beberapa ujung robek, tapi ketika diperang seratnya masih kuat dan ayat demi ayat masih terbaca, tetapi di bagian terjemahan tampak kusam dan sebagian kusut bekas terlipat-lipat.

Baca Juga: Soal Perbedaan Jadwal Imsak Puasa Ramadan, Begini Cara Menyikapinya

Baca Juga: Facebook hingga Whatsapp Ajak Masyarakat Indonesia Jelajahi dan Ekspresikan Kebaikan di Bulan Ramadan

Tulisan ada yang tinta hitam ada juga yang merah yang konon tinta terbuat dari alam. Beberapa lembar tampaknya sudah dengan kertas tebal seperti kanvas atau kertas daluang. Penggantian ini menurut Ridwanuddin dilakukan di Cirebon, entah tahun berapa, termasuk penggantian jilid buku dari kulit.

Kitab ini tampak utuh mulai ayat 122. Tidak diketahui pada halaman berapa, karena penulis tidak mencantumkan angka di di setiap lembar atau daftar halamannya.

Menurut Ridwanuddin kitab Al-Quran tersebut diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyangnya.

“Saya adalah turunan ke-7 dari penulis kitab ini yang tak lain adalah leluhur kami, KH TB Lathifoedin,” katanya seperti dikutip dari Pikiran-Rakyat.com dengan judul asli Dibuka Setahun Sekali, Al-Qur'an Berusia 363 Tahun di Majalengka Jawa Barat Masih Utuh, Selasa 13 April 2021.

Sebelum disimpan Ridwanuddin, kitab ini dipegang oleh kakeknya, Aki Manaf, setelah itu diturunkan kepada almarhum Ua Muhtak, kemudian diwariskan kepada ayah Ridwanuddin, KH Syarifuddin.

Ridwanuddin mendapat kepercayaan menyimpan kitab tersebut pada 2013.Ia pernah menjadi kuwu pada periode 2012-2018. Kata dia kitab langka tersebut hanya dibaca setahun sekali saat haul pada bulan syawal pekan terakhir. Yang dibacanya pun hanya surat Yasin.

Pembacanya dilakukan sesuai kesepakatan kiai yang menghadiri acara haul, sehingga tida hanya keturunannya yang membuka dan membaca. Semua menghargai khitah dan kesepakatan yang hadir.

“Hanya terkadang banyak yang hadir ingin ngalap barokah, misalnya ingin berhasil sekolahnya atau tujuan kebaikan lainnya, mereka berupaya membaca Al-Quran ini barang satu ayat. Kami mempersilakan mereka yang ingin mengambil berkah,” katanya.

Kata di peninggalan KH TB Lathifoedin sebetulnya bukan hanya kitab Al-Quran yang saat ini dipegangnya, tetapi juga ada sejumlah pedang, keris, tombak dan peranti perang lainnya.

Sayangnya beberapa benda itu telah raib, sebagian lagi ada yang meminjam dan tak mengembalikan. Ada pula yang rusak gagangnya dan merapuh karena dimakan usia.

“Dulu benda-benda pusaka itu diikat jadi satu sehingga tak bisa terpegang dengan pelukan kedua tangan saking besar ikatannya, sekarang banyak yang hilang dan dipinjam tidak kembali,” kata Ridwanuddin.

Ia menyebut keajaiban salah satu pedang yakni saat terjadi hujan deras disertai angin kencang, kakek buyutnya mengacungkan pedang ke pekarangan dan angin kencang pun reda. Ia juga mendengar cerita pendahulunya berhasil menyeberangi Sungai Cipada saat banjir besar dengan membawa pedang tersebut.

“Ada keajaiban lain, katanya dulu ketika pergi ke Madura, perahu yang ditumpangi oleng hingga benda-benda yang ada di perahu termasuk Al-Quran yang dibawa karam terkena hantaman ombak. Tapi, ternyata Al-Quran justru sudah berada di rumah,” kata Ridwanuddin.

Semua benda pusaka berikut Al-Quran kini hanya dipelihara dengan alakadarnya, hanya dibungkus kain dan disimpan di lemari paling atas guna menghindari serangan rayap ataupun serangga.

Ridwanuddin berharap pemda mengetahui apa yang miliki agar dicatat sebagai benda pusaka yang harus dipelihara dan menjadi kekayaan budaya. ***

 

 

Editor: M. Jagaddhita

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler