Bencana Pertama dalam Sejarah Pulau Adonara, Warga Sulit Selamatkan Diri

- 5 April 2021, 09:26 WIB
Sejumlah rumah dan kendaraan rusak akibat banjir bandang di Desa Waiburak, Kecamatan Adonara Timur, Flores Timur, NTT, Minggu (4/4/2021).
Sejumlah rumah dan kendaraan rusak akibat banjir bandang di Desa Waiburak, Kecamatan Adonara Timur, Flores Timur, NTT, Minggu (4/4/2021). /ANTARA FOTO/HO/Dok BPBD Flores Timur/wpa/foc

INDOBALINEWS – Banjir dan tanah longsor di Ile Boleng, Adonara Timur, dan Wotan Ulumando, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur merupakan yang pertama terjadi dalam sejarah Pulau Adonara.

Musibah yang menghentak itu tepatnya terjadi di Desa Nele Lamadike, Kecamatan Ile Boleng, kemudian di Kelurahan Waiwerang dan Desa Waiburak di Kecamatan Adonara Timur, serta Desa Oyang Baran dan Desa Oandai di Kecmatan Wotan Ulumado.

Rahman Sabon Namma, salah seorang tokoh muda Flores Timur yang tinggal di Denpasar mengatakan bencana juga terjadi di Desa Duanur, Adonara Barat.

Baca Juga: Bantu Korban Banjir, Sabana Sumba Galang Bantuan

Baca Juga: Banjir Bandang Pasuruan Jawa Timur, 2 Korban Dimakamkan Satu Liang Lahat

“Bencana di Desa Nele Lamadike memakan korban terbanyak, karena posisi desa itu di lereng Gunung Ile Boleng sehingga sulit bagi warga untuk menyelamatkan diri begitu bencana datang di tengah malam,” katanya saat dihubungi Indobalinews, Senin, 5 April 2021.

Rahman sangat paham kondisi lingkungan dan alam di Pulau Adonara karena dilahirkan dan besar di pulau yang masuk wilayah Kabupaten Flores Timur tersebut.

Ia pun tergerak menulis surat terbuka untuk Presiden Jokowi melalui media sosial perihal medan bencana yang sangat sulit diakses tersebut.

Baca Juga: Ringankan Beban Korban Bencana Alam, Polda Jatim Salurkan Bantuan

Baca Juga: Terbitkan Peringatan Dini, BMKG Ingatkan Potensi Cuaca Ekstrem di NTT

Melalui FB dan IG ia meminta Presiden Jokowi meninjau lokasibencana untuk melihat langsung kondisi nyata masyarakat dan memberi dukungan moral kepada para pengungsi dan keluarga korban.

Ia juga menyarankan pemerintah membujuk masyarakat Nele Lamadike agar tidak mendiami lereng gunung yang rawan bencana dan membuatkan pemukiman baru di bawah (kaki gunung).

“Saya yakin kalau Pak Jokowi yang langsung memnta msyarakat akan nurut,” ujar Rahman yang juga Humas Flobamora Bali, paguyuban msayarakat NTT (Flores, Sumba, Timor, Alor).

Rahman menambahkan selama ini, 90 persen dari 20 desa di Kecamatan Ile Boleng terletak di lereng Gunung Ile Boleng yang sangat berisiko jika terjadi bencana banjir dan tanah longsor.

Ia mengaku telah melakukan kordinasi dengan Ketua Lamaholot Bali (perkumpulan warga Flores Timur) Yosep Baleng yang akan membentuk panitia untuk menggalang bantuan sosial dari Bali.***

Editor: M. Jagaddhita


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah