Made Adnyana: Literasi DigitalTingkatkan Toleransi Keberagaman di Dunia Maya

13 Juni 2021, 10:03 WIB
Ilustrasi Indonesia. Berikut link twibbon dan ucapan Hari Kebangkitan Nasional yang dapat digunakan untuk peringati Harkitnas 2021. /Freepik/

INDOBALINEWS - Maraknya penyebaran berita palsu atau hoaks semakin menguatkan kebutuhan perlunya pemahaman terhadap literasi digital. I Made Adnyana, Dosen Bahasa Indonesia dan Daerah FKIP Universitas PGRI Mahadewa, mengatakan, pemahaman literasi digital akan membuat masyarakat lebih mengerti mengenai etika dalam menggunakan internet, terutama media sosial (medsos).

“Kebebasan dalam negara berdemokrasi juga bukan tanpa batas. Ada caranya. Masyarakat bisa menyampaikan kebebasan berpendapat dengan cara dan sarana yang benar,” kata Made Adnyana saat berbicara dalam Webinar Literasi Digital di Denpasar pada Selasa 8 Juni 2021.

Lebih lanjut ia mengatakan kebebasan mengungkapkan hal apapun terkait di medsos ini harus dilihat sebagai keseimbangan antara berdemokrasi dengan toleransi.

Baca Juga: Bali Prakondisikan Terima Wisman di Bulan Juli, Ini Langkahnya Termasuk Syarat Travel Koridor Arrangement

Menurutnya, demokrasi di Indonesia adalah yang menjunjung tinggi keanekaragaman. Indonesia adalah bangsa yang penuh toleransi, sangat menghargai dan menghormati perbedaan dan keanekaragaman.

Namun faktanya adalah penyebaran pesan intoleran cenderung meningkat di medos. “Internet memberikan peluang terjadinya hoaks dan intoleren. Penyebaran kebencian melalui medsos ini sebagai gejala intoleransi. Penyebabnya karena edukasi mengenai etika di internet masih kurang. Itulah pentingnya literasi digital,” ujarnya.

Baca Juga: Ber-KTP Jakarta, Seorang Pria Ditemukan Meninggal dalam Kamar Hotel di Seminyak Bali

Ia sangat berharap, ujaran kebencian , kekerasan dan diskriminasi perlu dibatasi sebelum viral dan menjadi kekerasan. Pengguna medsos memiliki tanggungjawab terhadap diri sendiri, lingkungan sekitar tehadao hari ini dan masa depan. “Buat narasi menyejukkan, buka konten berbau kebencian, radikalisme, terorisme dan intoleransi,” tandasnya.

Sementara itu pembicara lain Nannette Jacobus, Account Manager Frente Indonesia Social Media Enthusiast, berpendapat bahwa masyarakat perlu kembali mengingat nilai-nilai luhur bangsa yang menghargai keberagaman toleransi dan bertenggangrasa.

Baca Juga: Takut Aksi Premanisme? Telpon Hotline 110 Saja, Tersedia Non Stop 24 Jam

“Jangan lupa Bhinneka Tunggal Ika. Boleh berbeda hal apapun tapi kita adalah satu bagian yang utuh dalam sebuah bangsa yang besar. Jika ini diterapkan, seharusnya medsos bisa meningkatkan toleransi dan demokrasi,” katanya.

Nannette juga berpesan agar kita bijak menghidari provokasi medsos dengan melatih berpikiri positif dan melihat dulu saat daring provokasi lewat medsos. “Pikirkan logikanya dulu, kesabaran terbentuk bukan satu atau dua hari bisa dirubah tapi harus dilatih. Kalua pikiran kita bersih keluarnya pasti bersih gak ada hasil pisitif dari sesuagtu yang negative,” bebernya.

Selain Nannette, Fadli Arihsan, Senior Security Engineer MAXPLUS, Putu Trisna Hadi Permana,Direktur Akademik dan Kemahasiswaan Alfa Prima, Putu Trisna Hadi Permana,Direktur Akademik dan Kemahasiswaan Alfa Prima, dan Aulia Qalbi sebagai Key Opinion Leader yang hadir sebagai pembicara dalam webinar literasi digital wilayah Denpasar, Bali juga menyerukan agar masyarakat lebih bijak dalam menggunakan internet.***

Editor: Shira Ade

Tags

Terkini

Terpopuler