INDOBALINEWS - Mendengar kata Penjor pasti sudah tidak asing lagi. Ya! Penjor identik dengan budaya Bali saat menjelang Hari Suci Galungan.
Umat hindu khususnya di Bali biasanya ketika menyambut Hari Raya Galungan memasang penjor pada Hari Selasa Anggara Wage Dungulan (Penampahan Galungan) setelah jam 12 siang.
Baca Juga: Sambut Hari Suci Galungan dan Kuningan, 3 Lagu ini Ikonnya
Penjor sendiri merupakan perlambang dari naga basukih, dimana Basukih berarti kesejahteraan dan kemakmuran.
Melansir dari berbagai sumber, penjor juga merupakan simbul Gunung yang memberikan keselamatan dan kesejahteraan. Bahan untuk membuat penjor terdiri dari sebatang bambu yang ujungnya melengkung, dihiasi dengan janur/ daun Enau yang masih muda serta daun-daunan lainnya.
Baca Juga: Memasak, Tradisi Unik di Tanjung Benoa saat Galungan dan Kuningan
Sedangkan untuk perlengkapan penjor ada pala bungkah (umbi-umbian seperti ketela rambat), pala gantung (misalnya kelapa, mentimun, pisang, nanas dll), pala wija (seperti jagung, padi dll), jajan, serta sanggah Ardha Candra yang dibuat dari bambu, dengan bentuk dasar persegi empat dan atapnya melengkung setengah lingkaran sehingga bentuknya menyerupai bentuk bulan sabit.
Pada ujung penjor digantungkan sampiyan penjor lengkap dengan porosan dan bunga. Memasang Penjor bertujuan untuk mewujudkan rasa bakti dan sebagai ungkapan terima kasih atas kemakmuran yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan).
Baca Juga: Masyarakat Bali Berharap Trans Metro Dewata tak Bernasib Seperti Sarbagita