Aliansi Mahasiswa Bali untuk Lingkungan Hidup Pertanyakan Keseriusan FSC Jaga hutan untuk Rakyat

- 10 Oktober 2022, 15:07 WIB
Aliansi Mahasiswa Bali untuk Lingkungan Hidup tengah membagikan selebaran pernyataan sikap kepada peserta FSC GA di BICC The Westin Nusa Dua Senin 10 Oktober 2022.
Aliansi Mahasiswa Bali untuk Lingkungan Hidup tengah membagikan selebaran pernyataan sikap kepada peserta FSC GA di BICC The Westin Nusa Dua Senin 10 Oktober 2022. /Dok Irfan

 

INDOBALINEWS - Aliansi mahasiswa Bali untuk Lingkungan Hidup (AMB-LH) mempertanyakan keseriusan Forest Stewardship Council (FSC) menjaga hutan untuk rakyat.

Sejumlah pertanyaan itu ditorehkan di atas kertas yang dibagikan kepada para peserta FSC General Assembly yang digelar di Bali International Convention Center (BICC) The Westin Nusa Bali Senin 10 Oktober 2022.

Ni Luh Putu Meriandani, Juru Bicara AMB LH mengatakan bahwa seperti diketahui bahwa lingkungan hidup saat ini membutuhkan perhatian serius dari semua pihak.

Baca Juga: Mahasiswa UGM, Tegar Sinar Ramadhan Nekat Lompat dari Hotel di Bulan Kelahirannya

"Kita ketahui saat ini banyak problem lingkungan hidup seperti pencemaran udara dan dari manusia sendiri. Seperti tujuan dari organisasi dan prinsip kedua dari FS adalah menjaga dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui ekonomi jadi lingkungan hidup tidak hanya sebagai bahan pokok saja tetapi bagaimana kita memanfaatkan lingkungan hidup tanpa merusak. Jadi tujuan kami mengajak bagaimana meningkatkan dan peduli terhadap lingkungan hidup." ujar Meri usai membagikan 100 selebaran di BICC The Westin Nusa Dua Senin 10 Oktober 2022 bersama sepuluhan rekannya.

Meri mengungkapkan dalam pernyataan sikap mereka tersebut, mereka mempertanyakan benarkah forest steward yang mengurus dan menjaga sumber daya hutan di dunia.

Baca Juga: Berikut Beberapa Fakta Kasus Bunuh Diri Tegar Sinar Ramadhan

Berbagai kenyataannya FSC pantas dipertanyakan benarkah mereka forest steward yang mengurus dan menjaga sumber daya hutan di dunia?

"Kami mahasiswa tidak asal mempertanyakan tapi kami melihat pengalaman dan fakta yang terjadi. Kami melihat model bisnis FSC yang tidak jelas apakah benar-benar mampu menjaga kelestarian hutan. Kami mengamati ada perusahan yang mendapat sertifikat FSC, namun tidak jelas apakah mereka benar-benar mengelola hutannya secara berkelanjutan?" imbuh Meri lagi.

Baca Juga: Peringatan Maulid Nabi di NasDem Bali: Kebersamaan dalam Keberagaman dan Keutamaan Memperbaiki Akhlak

Meri juga mengatakan, pihaknya mengamati sejumlah masalah yang terjadi terkait FSC. Semisal ada perusahan yang mendapat sertifikat FSC, namun tidak jelas apakah mereka benar-benar mengelola hutannya secara berkelanjutan.

Dikatakan Meri, setelah diserang kritik oleh berbagai LSM, FSC membatalkan sertifikat tersebut. Karena pembatalan tersebut baru dilakukan setelah kritik keras LSM, ini berarti sistem FSC gagal, FSC telah bertindak inkonsisten. Kami melihat FSC melakukan asosiasi dengan perusahaan, lalu disasosiasi.

Baca Juga: Liga 1 Dihentikan Sementara, Persija Jakarta Liburkan Pemain

"Mungkin nanti berasosiasi kembali, dan kemudian mungkin berdisasosiasi kembali. Pertanyaannya, apakah yang berubah? Apakah perusahaan tiba-tiba berhasil mengelola hutannya dengan lestari? Atau tiba-tiba gagal mengelola hutan lestari? Atau semua ini hanya urusan bisnis dan fulus saja? Kami jadi bertanya-tanya, apakah semua itu memang benar-benar masalah hutan, atau lebih masalah lainnya semisal ada kaitannya dengan ekonomi?" urainya.

Lebih lanjut Meri menyebutkan tentang prinsip kedua FSC, organisasi yang bersertifikat harus menjaga atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pekerjanya baik secara ekonomi dan penilaian lainnya melalui kesetaraan gender, kesehatan dan keamanan, juga upah yang sesuai.

Baca Juga: Angin Puting Beliung Disertai Hujan Lebat Porak Porandakan Rumah Warga

Namun ia melihat kenyataannya tak seperti itu. Contoh katanya, Perhutani, Sertifikat FSC berlanjut diberikan walau Perhutani banyak kasusnya konflik dengan rakyat seperti misalnya baru saja pada tanggal 27 September 2022 petani Kabupaten Blitar berdemo ke Perhutani karena marak pungli.

Hal itu dari banyak media memberitakan banyaknya demo massa dan petani terkait maraknya mafia tanah dan hutan.

Baca Juga: Ganjar Pranowo di Bali: Dari Jogging, Melukis, Bicara Resesi dan Desa Wisata, Soal Capres?

Seperti terjadi di kaki Gunung Kelud masyarakat  mendemo Perhutani KPH Kediri 8 Januari 2020 karena protes mafia hutan, dan kasus lainnya.

Bahkan lebih dari 5.000 karyawan Perum Perhutani se-Pulau Jawa berkumpul di Jakarta untuk melakukan aksi demo ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), pada Rabu 18 Mei 2022. Dan demo dilanjutkan di bulan Juli 2022.

Baca Juga: Bahas Pemilu 2024 dan Masa Depan Bangsa, Jokowi dan Megawati Bertemu Dua Jam di Batutulis

Banyak demo seperti di atas juga tuduhan mafia hutan, pungli mencederai rakyat kecil, bagaimana bisa auditor FSC tetap meluluskan Perhutani dalam perihal Prinsip Kedua FSC dan Perhutani tetap mendapatkan sertifikat selama puluhan tahun? Kalau begitu apa manfaat sertifikat FSC bagi rakyat yang kehidupan sehari-harinya di sekitar hutan Perhutani," bebernya.

"Kami sebagai generasi muda yang akan mewarisi hutan dunia pastinya wajar mempertanyakan FSC ini serius menjaga hutan menjaga rakyat atau hanya bisnis," tutup Meri.

 

Editor: Shira Ade


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x