Mantan FBI Ungkap Jaringan Berbasis di Amerika dengan Para Teroris 11 September 2001

6 September 2021, 09:06 WIB
Kerusakan di Gedung Pentagon, kementerian pertahanan AS akibat ditabrak pesawat American Airlines Flight 77 pada 11 September 2001. /Pixabay/Wikiimages/

INDOBALINEWS - Disinyalir dua pelaku teror serangan 11 September 2001 mendapat sokongan dari jaringan yang berbasis di Amerika Serikat.

Pernyataan mengejutkan ini datang dari Danny Gonzalez, mantan anggota Dinas Rahasia Amerika Serikat FBI.

Dany Gonzalez terlibat dalam Operation Encore, sebuah investigasi terhadap dua pembajak berkebangsaan Arab yang berdomisili di San Diego.

Baca Juga: Peringatan 20 Tahun Serangan 11 September 2001, Joe Biden Rencanakan Hadir di Tiga Lokasi Tragedi

Hasil investigasi terhadap dua pelaku teror tersebut hingga kini masih dirahasiakan.

Dany Gonzalez meyakini temuan hasil investigasi ini bisa membuka tabir kasus serangan teror sebelas September.

"Dengan jumlah pembajak yang hanya 19 orang, tidak mungkin bisa membantai sekaligus 3.000 orang tanpa adanya dukungan bantuan," kata Dany Gonzalez kepada CBS News.

Seperti diketahui sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah menandatangani surat perintah resmi yang ditujukan kepada Departemen Kehakiman untuk mengambil langkah dibukanya beberapa dokumen rahasia terkait serangan teror 11 September 2001.

Baca Juga: Parlemen Malaysia Akui Penanganan Covid-19  di Negaranya Terburuk di Dunia 

Joe Biden mengeluarkan perintah tersebut setelah mendapat tekanan dari para keluarga korban serangan 11 September 2001 atau yang lebih dikenal nine eleventh (9/11) attacks.

Para keluarga korban ini mendesak dibukanya dokumen rahasia tersebut guna memastikan apakah pemerintah Arab Saudi ikut terlibat di dalamnya.

Departemen Kehakiman diharapkan bisa membuka dokumen rahasia hasil investigasi FBI tersebut dalam enam bulan ke depan.

Dany Gonzalez menambahkan publik akan mengetahui banyak hal bilamana dokumen Operation Encore tersebut dibuka, dan itu bisa merubah pandangan dan pemahaman publik selama ini tentang tragedi 11 September 2001.

Baca Juga: Cegah Akses Milisi Taliban, Google Tutup Akun Email Pemerintah Afghanistan

Ia mengatakan dua pembajak berkebangsaan Arab bernama Nawaf al-Hazmi dan Khalid al-Mihdhar mendapat sokongan dari beberapa pejabat Saudi, termasuk Omar al-Bayoumi.

Omar al-Bayoumi dikatakan pernah bertemu dengan kedua pembajak tersebut di sebuah restoran di Los Angeles dan mendorong mereka untuk bisa tinggal di San Diego.

Omar al-Bayoumi juga yang membantu mencarikan apartemen untuk tempat tinggal serta membukakan rekening bank buat mereka.

Bahkan disebutkan kedua pembajak ini selanjutya mengikuti pendidikan di sekolah penerbangan.

Dany Gonzalez menambahkan dirinya tidak mungkin membuka informasi penting dalam dokumen Operation Encore tersebut karena terikat dengan perintah FBI.

Baca Juga: TikTok Ternyata Dilarang Penggunaanya di India, Berikut Ulasannya

Mantan anggota FBI yang lain pun sama, seperti Ken William yang pernah menyampaikan memo peringatan dini adanya potensi teroris yang sedang mengikuti pendidikan pilot di Arizona.

"Semua bukti ada dalam dokumen rahasia itu. Saya sudah melihatnya. Tapi tak mungkin saya membeberkannya karena itu perintah,” kata Ken William, dikutip IndoBaliNews dari New York Post, Senin 6 September 2021.

Sejauh ini keluarga korban serangan 11 September 2001 telah menuntut pemerintah Arab Saudi atas keterlibatannya walaupun telah menyangkalnya.

Sementara itu, hasil laporan dari Komisi (9/11) menyatakan tak ditemukan adanya bukti keterlibatan tersebut.

Baca Juga: Joe Biden Perintahkan Buka Dokumen Rahasia Tragedi 11 September 2001

Laporan Komisi (9/11) ini juga menemukan "indikasi keterlibatan rahasia Omar al-Bayoumi dengan kelompok ekstremis."

Laporan itu juga menyebut "tak ada bukti kredibel bahwa Baoyoumi mengetahui adanya ekstremis dan menyokong bantuan terhadap ekstremis".

Kini kedua mantan FBI tersebut bekerja membantu para keluarga korban sebagai investigator.

"Tidak mungkin saya duduk di luar, ketika saya mengetahui yang sesungguhnya terjadi," kata Dany Gonzalez.***

Editor: M. Jagaddhita

Sumber: New York Post

Tags

Terkini

Terpopuler