Muslim Amerika boikot Hilton Worldwide Bangun Hotel di Lahan Bekas Masjid di Xinjiang China

17 September 2021, 10:26 WIB
Ilustrasi Muslim Amerika /Reuters/ Amr Alfiky/Reuters

INDOBALINEWS - Muslim Amerika hari Kamis berkampanye memboikot Hilton Worldwide atas rencananya membangun hotel di bekas lahan masjid milik Uighur yang dihancurkan otoritas China di Xinjiang.

Dalam konferensi pers di depan kantor pusat Hilton di Virginia mengatakan, perwakilannya telah melakukan negosiasi secara tak langsung dengan pihak Hilton untuk membatalkan rencana tersebut, namun tak menuai hasil.

Lokasi yang dimaksud adalah lahan bekas masjid di Hotan yang dihancurkan oleh China tahun 2018, dan akan dibangun hotel Hampton Inn oleh Hilton.

Baca Juga: HGB PT Marindo Gemilang Palsu, BPN Pilih Diam

Nihad Awad direktur the Council on American-Islamic Relations mengatakan, mereka mengawasi rencana proyek tersebut sejak awal Juni.

Pada bulan Juli Komisi Konggres bipartisan AS meminta Hilton Worldwide tidak menggunakan atribut nama Hilton pada proyek tersebut.

China telah lama melakukan penekanan terhadap populasi muslim Uighur berupa penangkapan masal, pemaksaan sterilisasi, memisahkan anak-anak dari keluarganya dan menghancurkan tempat-tempat ibadah dan budaya.

Baca Juga: Buntut Kemarahan Prancis Terkait AUKUS Berlanjut, Batalkan Acara Gala di Washington

Antara tahun 2017 hingga 2020 sekitar 16 ribu masjid di 900 lokasi di Xinjiang telah dihancurkan oleh China, menurut data Australian Strategic Policy Institute.

Para pejabat di Beijing mengatakan kepada Reuters awal tahun ini bahwa tidak ada tempat-tempat ibadah yang dihancurkan atau dilarang, dan dipersilahkan untuk mengunjungi wilayah tersebut.

Baca Juga: Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unram Juarai Kompetisi Tingkat Internasional

Selama 12 hari perjalanan reportasenya selama Ramadhan bulan April dan Mei, jurnalis Reuters melaporkan banyak masjid-masjid yang telah dihancurkan baik sebagian atau keseluruhan bangunan.

PBB dan kelompok hak asasi memperkirakan sekitar satu juta orang Uighur beserta etnis minoritas lainnya ditahan di kamp-kamp untuk dipekerjakan di Xinjiang.

Awalnya pemerintah China membantah keberadaan kamp-kamp tersebut, namun belakangan diklaim sebagai pusat pelatihan melawan radikalisme.

Baca Juga: Satu Lagi Tempat Isoter di Denpasar Ditutup, Tingkat Keterisian 31,31 Persen

Ketua komisi hak asasi PBB Michelle Bachelet mengatakan, upayanya masuk wilayah Xinjiang China untuk penyelidikan adanya laporan pelanggaran hak asasi terhadap muslim Uighur mengalami kegagalan.

"Saya menyesal belum bisa melaporkan perkembangan masalah Uighur di Xinjiang," katanya dikutip dari Al Jazeera 16 September 2021.

Dia menyampaikan pada hari Senin pada pembukaan Dewan Hak Asasi di Jenewa, tengah meyelesaikan laporan perkembangan situasi di Xinjiang.

Baca Juga: Jenderal AS Mark Milley Tangkis Tudingan Donald Trump sebagai Pengkhianat

Untuk sementara pihaknya melakukan penilaian terhadap pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang berdasarkan data yang tersedia untuk selanjutnya disampaikan kepada publik.***

Editor: Shira Ade

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler