Tega! Banyak Warga Israel yang Ingin Hamas Dihancurkan Meskipun Banyak Jiwa Taruhannya

- 14 Desember 2023, 10:18 WIB
Pasukan penjajah 'Israel' membuktikan sendiri kepengecutan dengan memakai tameng manusia warga sipil Gaza
Pasukan penjajah 'Israel' membuktikan sendiri kepengecutan dengan memakai tameng manusia warga sipil Gaza /X.com/@Avolanza

 

INDOBALINEWS - Warga Israel mengatakan bahwa tentara tidak boleh mundur dari serangan yang tak henti-hentinya untuk menghancurkan Hamas, meskipun ada seruan gencatan senjata dari Majelis Umum PBB, bertambahnya daftar korban tentara dan meningkatnya jumlah korban tewas warga Palestina di Gaza.

Militer Israel mengalami kondisi paling buruk dalam perang Gaza yang telah berlangsung selama dua bulan pada hari Selasa, dengan seorang kolonel di antara 10 tentara yang tewas, menjadikan jumlah korban jiwa menjadi 115 orang hampir dua kali lipat jumlah korban tewas dalam bentrokan di daerah.

Adam Saville, warga Yerusalem, yang bekerja di sebuah lembaga akademik nirlaba, mengatakan Israel melakukan apa yang bisa mereka lakukan untuk menghindari pembunuhan warga non-kombatan.

Baca Juga: Gunung Anak Krakatau Kembali Erupsi, Masyarakat Diimbau Menjauh Radius 5 Km dari Kawah

"Mengerikan. Sangat mengerikan bahwa ada begitu banyak korban sipil, katanya. Tapi ini adalah perang, dan itulah yang terjadi dalam perang," ujarnya dilansir dari Reuters Rabu 13 Desember 2023.

Selain menangkap atau membunuh para komandan Hamas yang merencanakan serangan pada 7 Oktober di Kibbutzim dan serangan besar-besaran di Israel, tujuan perang Israel adalah untuk membawa kembali sandera yang disandera oleh militan dan dibawa ke Gaza.

Israel mengatakan sedikitnya 19 dari 135 sandera yang tersisa tewas, dan dua jenazah ditemukan minggu ini. Sekitar 100 sandera dibebaskan selama gencatan senjata selama seminggu pada bulan November.

Baca Juga: ISIF 2023: Aksi Bersama Dorong Transformasi Korporasi, Upayakan Optimalisasi Impact CSR yang Lebih Luas

Potret para sandera dengan slogan "bawa mereka pulang" ditempel di dinding dan halte bus dan diproyeksikan ke gedung-gedung publik di seluruh Israel.

Israel telah terbukti bersedia di masa lalu untuk memberikan konsesi untuk membebaskan sandera atau menyelamatkan nyawa tentara mereka, namun kejadian tanggal 7 Oktober, yang merupakan insiden paling mematikan dalam sejarah Israel selama 75 tahun, telah mengeraskan opini.

Tidak mengherankan mengingat situasi yang tidak stabil, jajak pendapat menunjukkan masyarakat Israel tidak yakin seperti apa solusi jangka panjangnya. Namun, survei Institut Demokrasi Israel mengatakan lebih dari 40% warga berpendapat negara tersebut harus mengupayakan pembentukan negara Palestina yang terpisah setelah perang.

Baca Juga: Kemeriahan Pesta Akhir Tahun Count Down 2024 Digelar dalam Rangka Bersulang untuk GWK dan Mitra

Berdasarkan jajak pendapat Universitas Tel Aviv, hampir 60% warga Israel, termasuk 40% warga Arab-Israel, menyebut penghancuran Hamas dengan cara apa pun sebagai tujuan paling penting dalam perang ini.

Sekitar sepertiga mengatakan membawa pulang para sandera adalah tujuan utama mereka.

“Saat ini, kami belum mencapai tujuan pertama maupun kedua,” kata Hermann. “Kebanyakan orang siap untuk melanjutkannya sampai pada titik di mana setidaknya salah satu tujuan utama tercapai". ***

 

Editor: Shira Ade

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah