Ini Cukilan Isi Buku Padma Bhuwana dari Wagub Bali Cok Ace

14 Februari 2022, 17:58 WIB
Wagub Cok Ace (kanan) bersama Gubernur Bali I Wayan Koster. /Dok Humas Pemprov Bali

INDOBALINEWS - Wakil Gubernur (Wagub) Bali Prof. Dr. Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati meluncurkan buku “Padma Bhuwana”, bertempat di Gedung Ksirarnawa-Taman Budaya Denpasar.

Dalam sambutan Wagub Cok Ace mengungkapkan bahwa buku Padma Bhuwana mengupas tentang pembangunan Bali dengan masing-masing taksunya.

Menurut Wagub Cok Ace bahwa kekuatan penggerak aktif yang inheren dalam prinsip-prinsip alam ditransformasikan ke dalam konsepsi ruang (space). Ruang – dan ‘waktu’ pada aspek yang lain – adalah penggerak utama seluruh sistem kehidupan.

Baca Juga: Ada 'Pohon Demokrasi' di Halaman Kantor KPU Kota Denpasar Bali

"Faktanya, tidak ada satu pun sistem yang berada di luar ruang dan waktu. Ruang menyediakan arena bagi tindakan, sedangkan waktu menggerakkan perubahannya. Hindu mengekspresikan kekuatan ruang dan waktu ini dalam simbolis dewa- dewa. Salah satunya adalah Padma Bhuwana, konsepsi ruang kosmis laksana bunga Padma (Tunjung, teratai atau, lotus), di mana pada setiap ruang dikuasai oleh spirit kedewataan," ungkap Cok Ace.

Lebih lanjut dikatakannya bahwa konsepsi Padma Bhuwana mengajarkan bahwa ruang itu satu (Eka), tetapi terbagi-bagi menjadi banyak (Aneka).

Dan setiap ruang dikuasai oleh spirit kedewataan tertentu. Padma Bhuwana dengan pola delapan helai bunga Padma (Astadala) dan satu pusat di tengah yang dihubungkan dengan kekuasaan sembilan dewa (Dewata Nawasanga).

Baca Juga: Tragis, Seorang Ayah di Bali Tewas di Tangan Anaknya Sendiri

Inilah digambarkan secara utuh dalam kidung Aji Kembang di atas. Sembilan ruang ini digambarkan mempunyai karakteristik dan fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan spirit kedewataan yang menguasai, selayaknya fungsi-fungsi organ vital dalam tubuh manusia.

Walaupun seluruh ruang mencerminkan satu kesatuan yang utuh dan padu, tetapi ia berbeda dalam bentuk, karakter, dan fungsi (nama-rupa).

Perbedaan bentuk,karakter, dan fungsi ruang ini menuntut penyesuaian dari seluruh aktivitas di dalam ruang tersebut, sehingga antara wadah dan isinya selaras.

Baca Juga: BRI Liga 1: Duel Klasik Persebaya vs Persija Warnai Hari Valentine 2022

Dalam buku tersebut, juga tersirat bahwa Kebahagiaan akan terwujud apabila antara wadah dan isi, ruang dan tindakan, benar-benar harmonis. Ibarat memakai baju piyama saat melakukan rapat resmi, ini bukanlah semata-mata persoalan boleh dan tidak boleh, namun dapat dipastikan bahwa tidak banyak orang yang merasakan bahagia ketika mereka salah kostum seperti itu.

“Logika sederhana inilah yang sesungguhnya memantik keinginan titiang untuk menjabarkan konsepsi Padma Bhuwana dalam konteks pembangunan Bali dalam buku ini.
Masalah mendasarnya adalah, sudahkah pembangunan Bali sesuai antara wadah dan isinya?”, tutur Wagub Cok Ace yang juga merupakan Guru Besar di ISI Denpasar.

Baca Juga: Sebut Wayang Haram dan Lebih Baik Musnah, Ustaz Khalid Basalamah Akan Dilaporkan ke Polisi

Lebih lanjut, Wagub Cok Ace mengatakan bahwa Mengacu pada lontar Padma Bhuwana yang menyatakan bahwa Mpu Kuturan, sekitar abad ke-11, menyebut Bali sebagai Padma Bhuwana.

Danghyang Nirartha pada abad k-15 juga menyatakan hal yang sama. Artinya, Bali telah digambarkan sebagai satu kesatuan ruang yang dijaga oleh kemahakuasaan Dewata Nawasanga dengan atribut, karakter, dan fungsi masing-masing.

Dalam ruang inilah, seluruh aktivitas masyarakat Bali berlangsung untuk mewujudkan tujuan hidupnya, moksartham jagadhita.

Baca Juga: Pembangunan Bendungan Sidan di Bali Berjalan Normal, Tak Terkena Recofusing Anggaran

Artinya, apabila masyarakat Bali meyakini bahwa seluruh tindakannya dipayungi oleh kekuatan para dewa, maka sudah sepatutnya hidupnya sejahtera. Namun pada kenyataannya, kesejahteraan dan kebahagiaan hidup masyarakat Bali masih belum sepenuhnya bisa diwujudkan.

"Refleksivitas terhadap keterpukuran pariwisata Bali saat pandemi Covid-19, yang berimplikasi luas terhadap kondisi perekonomian masyarakat Bali, termasuk meningkatnya angka kemiskinan, semakin memperkuat keyakinan titiang bahwa ada banyak aspek yang masih harus diperbaiki dalam pembangunan Bali," imbuhnya.

Kembali lagi, harmoni antara wadah dan isi sebagai sumber kebahagiaan hidup itulah yang belum terwujud dalam pembangunan Bali saat ini.

Baca Juga: Bappebti Awasi Ketat Pasar Aset Kripto, Warga yang Ingin Investasi Diimbau Pilih yang Jelas dan Legal

Lebih lanjut, Wagub Cok Ace juga mengatakan bahwa Harmoni wadah dan isi adalah esensi Padma Bhuwana dalam pembangunan Bali yang dihadirkan dalam buku tersebut.

Harus diakui bahwa pembangunan Bali selama ini masih sulit melepaskan diri dari utopia pariwisata. Seolah-olah, hanya pembangunan kepariwisataan yang dapat menggerakkan perekonomian Bali sehingga semua daerah berlomba-lomba untuk mengembangkan pariwisata di daerahnya.

"Kita telah melupakan bahwa Padma Bhuwana mengajarkan setiap ruang memiliki karakteristik taksu masing-masing sehingga tidak mungkin dikembangkan dengan pola yang sama”, ungkapnya.

Baca Juga: Dr Tirta dan Ayah Jerinx Ungkap Ini di Sidang Kasus Jerinx Melawan Adam Deni

Dijelaskan Wagub Cok Ace, Taksu adalah kekuatan intrinsik yang tidak tampak (niskala), tetapi menentukan keberhasilan segala yang tampak (sakala). Taksu memastikan setiap potensi dapat berkembang optimal, jika dan hanya jika, ia dikembangkan dalam ruang yang tepat.

Oleh karena itu, seluruh program pembangunan Bali harus dimulai dengan menggali taksu setiap wilayah, dan Padma Bhuwana menyediakan konsepsi untuk itu.Bagaimana membangun wilayah Timur, Selatan, Barat, Utara, dan Tengah, haruslah disesuaikan dengan taksu menurut spirit kedewataan yang menguasainya. ***

Editor: Shira Ade

Tags

Terkini

Terpopuler