Obituari Richard Oh: Peristiwa Mei 1998 Jadi Titik Balik, Menulis Novel hingga Aktif di Perfilman

8 April 2022, 08:25 WIB
Richard Oh. /Instagram @richard0h.-

INDOBALINEWS – Indonesia kehilangan seorang sutradara, aktor, dan sastrawan Richard Oh, yang juga perintis anugerah Kusala Sastra Khatulistiwa.

Richard Oh meninggal dunia pada usia 62 tahun, Kamis 7 April 2022, di Eka Hospital BSD, Kota Tangerang.

Sineas Joko Anwar melalui cuitan di Twitter mengabarkan berita duka tersebut: "Telah berpulang, sahabat baik, kokoh kita Richard Oh, Kamis 7 April, pukul 19.30. Kokoh, you are greatly missed," cuit Joko.

Baca Juga: Anya Geraldine Labaran di Paris Sambil Bekerja

Kepergian Richard terbilang cukup mengagetkan karena begitu mendadak, mengingat ia sempat mengunggah sebuah video di akun Instagram tiga jam sebelum mengembuskan napas terakhir.

Setelah disemayamkan di Rumah Duka Bintaro pada Kamis malam, jenazah Richard akan diterbangkan ke Banjarmasin untuk dimakamkan di sana.

​Richard Oh lahir di Tebingtinggi, Sumatra Utara. Ia telah memiliki minat di dunia sastra dan seni sejak muda.

Richard oh belajar penulisan kreatif di Universitas Wisconsin, Madison, dan UC Berkeley. Sepulang dari Amerika, ia sempat bekerja di perusahaan periklanan.

Baca Juga: Emirates Jadwalkan Penerbangan Dubai-Bali PP Mulai 1 Mei 2022

Peristiwa Mei 1998 menjadi titik balik dalam kehidupan Richard untuk kembali ke minat semula, yakni menulis. Ia memiliki sejumlah novel yaitu Pathfinders of Love (1999), Heart of the Night (2000), dan The Rainmaker's Daughter (2004).

Richard merupakan sosok di balik berdirinya penerbit Metafora, Jurnal Prosa, dan Jakarta Review Book, serta merintis anugerah Kusala Sastra Khatulistiwa (sebelumnya bernama Khatulistiwa Literary Award) bersama Takeshi Ichiki.

Selain menulis buku dan aktif di dunia sastra, Richard juga lihai di dunia sinema. Ia menulis skenario dan menyutradarai sejumlah film yaitu Koper (2006), Melancholy is a Movement (2015) yang turut dibintangi Joko Anwar, Terpana (2016), Perburuan (2019), Love is a Bird (2019), dan Menunggu Bunda (2021).

Richard juga terlibat sebagai penulis skenario untuk film Buya Hamka yang disutradarai oleh Fajar Bustomi. Film ini direncanakan untuk rilis dalam waktu dekat.

Baca Juga: Jelang Idul Fitri 2022 BI Bali Siapkan Uang Tunai Rp4,9 Triliun dan 294 Titik Lokasi Penukaran

Selain memukau di balik layar, Richard juga lihai dalam beraksi di depan kamera. Ia tampil sebagai aktor di cukup banyak film. Kredit aktor pertamanya tercatat di film Cinta Setaman (2008) sebagai seorang kameo.

Lebih lanjut, Richard turut membintangi Rayya, Cahaya di Atas Cahaya (2012). Di tahun 2013, ia tampil sebagai aktor di film Mika, Belenggu, dan 1.000 Balon. Lalu pada 2014, ia membintangi Sebelum Pagi Terulang Kembali dan Mantan Terindah.

Richard juga tampil di film 3 Dara (2015) dan  My Stupid Boss (2016) garapan Upi Avianto, serta Sundul Gan: The Story of Kaskus, lalu di susul di tahun berikutnya tampil di Moon Cake Story karya Garin Nugroho.

Baca Juga: Macan Kemayoran Mengaum: Persija Lakukan Perburuan Pemain Perkuat Tim

Pada 2018, Richard membintangi film Pai Kau karya Sidi Saleh, Yowis Ben garapan Fajar Nugros dan Bayu Skak, dan 27 Steps of May yang disutradarai oleh Ravi L. Bharwani.

Dua tahun terakhir, Richard tampil sebagai seorang aktor di film Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi (2020), Yowis Ben 3 dan Yowis Ben Finale di tahun 2021 yang masih digarap oleh duo Fajar dan Bayu.***

Editor: M. Jagaddhita

Sumber: Antaranews

Tags

Terkini

Terpopuler