Diangkat dari Kisah Nyata, Film Sayap-Sayap Patah Pengingat Bahaya Terorisme

3 September 2022, 21:05 WIB
Nonton bareng (nobar) di TSM XXI, Denpasar, Sabtu 3 September 2022. /Dok Awid

 

INDOBALINEWS - Aksi pemberontakan dilakukan narapidana kasus terorisme di Rutan Markas Komando Korps Brigade Mobil (Mako Brimob) Kelapa Dua Depok, Jawa Barat Selasa 8 Mei 2018 silam.

Dalam peristiwa yang berlangsung selama kurang lebih 36 jam ini, lima anggota kepolisian gugur, dan satu orang tahanan lain tewas.

"Karena peristiwa ini banyak dilupakan oleh orang, saya coba angkat kembali melalui sebuah film dengan judul Sayap-Sayap Patah," ucap Denny Siregar selaku produser Sayap-Sayap Patah saat nonton bareng (nobar) di TSM XXI, Denpasar, Sabtu 3 September 2022.

Baca Juga: BRI Liga 1 Indonesia 2022 2023: Bali United Petik Gol Tunggal di Kandang Persebaya Surabaya

Menurutnya, film yang dibintangi oleh Nicholas Saputra dan Ariel Tatum, ini merupakan sebuah monumen bagi para korban.

Kedua kata Denny, film tersebut juga sebagai pengingat akan bahaya terorisme di Indonesia.

"Saya ingin mengabarkan betapa bahayanya terorisme di negeri kita ini. Begitu kejamnya mereka, termasuk pada saat melakukan pembunuhan kepada anggota Polri saat kerusuhan itu," tuturnya.

Baca Juga: RS Unud Usung Beragam Inovasi di Usia Ke4, Komitmen Melayani Seluruh Lapisan Masyarakat

Denny menampik film yang mulai diproduksi tahun 2020, dan selesai tahun 2021 ini sengaja ditayangkan untuk "mengalihkan perhatian masyarakat" di saat sedang hangat-hangatnya kasus pembunuhan terhadap Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.

"Kalau ada pemikiran itu, nggak masuk akal bagi saya. Karena gini, film ini kan diproduksi sudah lama, sementara FS (Irjen Pol. Ferdy Sambo) kan baru-baru aja. Kita sudah preparing sejak lama dan kita baru dapat tanggal tayang sudah lama, jauh sebelum kasus Ferdy Sambo," tegasnya.

Baca Juga: Ingat! Donor Darah Berkontribusi untuk Kemanusiaan Plus Sehat untuk Tubuh Kita

Bahkan dirinya juga sempat berfikir dengan adanya peristiwa kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat, film Sayap-Sayap Patah kurang menarik minat masyarakat.

Sementara itu Ketua Panitia nonton bareng Hengky Suryawan mengatakan, nobar diikuti oleh 169 orang berasal dari elemen kemasyarakatan dan anggota kepolisian.

Pria yang juga Ketua Umum Forum Peduli NKRI ini menambahkan, film tersebut juga sebagai pesan kepada masyarakat agar selalu waspada terhadap ancaman radikalisme.

Baca Juga: ADB Bukukan Hasil Riset Sektor Informal Saat Pandemi, Bambang Susantono: Jadi Acuan Langka

"Radikalisme ini musuh kita bersama, bukan hanya musuh polisi. Oleh karenanya, masyarakat harus tetap waspada dengan ancaman-ancaman itu," tuturnya.

Selain itu lanjutnya, nobar dengan anggota kepolisian dari Polda Bali dan jajaran sebagai bentuk dukungan moril kepada institusi Polri.

Di tempat yang sama Ketua DPW Pencinta Tanah Air Indonesia (Petanesia) Bali Bima Prasetya mengatakan, selama intoleran masih ada, maka aksi-aksi terorisme juga ikut serta.

Baca Juga: Auto2000 Bali Hadirkan Auto2000 ICON sampai Robot Pelayanan untuk Mudahkan Konsumen

"Yang masih berkembang itu kan isu-isu agama. Nah ini harus disadari bersama, padahal bangsa ini harusnya sudah selesai dengan urusan agama, saling merangkul, bicara dan membahas kebangsaan," ujarnya.

Dalam film Sayap-Sayap Patah ini kata Bima Prasetya, banyak terkandung pesan-pesan terkait kebangsaan. Sehingga dapat menambah wawasan bagi masyarakat.***

Editor: Shira Ade

Tags

Terkini

Terpopuler