Baca Juga: Kolaborasi Pemprov dan Kemenkes Atasi Covid-19 di Bali
Sastra, terutama puisi, menjadi minat yang sangat ditekuninya. Sajak-sajaknya tersebar di media massa lokal dan nasional, juga terhimpun di lebih dari 20 antologi puisi berbahasa Indonesia, Inggris, dan Perancis, di antaranya Matahari Cinta Samudera Kata (Editor: Rida K Liamsi, 2016), Yang Datang Setelah Chairil (Editor: Sutardji Calzoum Bachri, 2016) dan lainnya.
Baca Juga: MPR RI dan Badan POM RI Dukung Bio Farma Produksi Vaksin Covid-19
Tahun 2008, Yayasan Sagang memberi kesempatan kepada Ramon untuk menerbitkan buku kumpulan puisi pertamanya, Bulu Mata Susu. Setahun setelah Bulu Mata Susu terbit, Ramon Damora diundang sebagai peserta Festival Utan Kayu Litterary Biennale 2009 di Komunitas Salihara, Jakarta Di Utan Kayu Litterary Biennale Festivale 2009, puisi-puisi Ramon Damora diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dan termaktub dalam antologi dwi-bahasa ‘Traversing/Merandai’ (Salihara, 2009).Masih banyak lagi sederet karya Ramon lainnya.
Baca Juga: Raja Salman Gandeng China Kembangkan Senjata Nuklir untuk Militer Arab Saudi, Barat Was-was
Di dunia wartawan, Ramon memulai karir jurnalistiknya sejak tahun 2000. Hampir 20 tahun mengabdi di jurnalistik, ia tercatat sebagai Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Kepri 2 Periode.
Ia juga merupakan jurnalis asal Kepri yang mendapatkan lisensi dari Dewan Pers dan PWI Pusat sebagai Asesor/Penguji UKW (Uji Kompetensi Wartawan). Sekarang Ramon dipercaya sebagai Ketua Departemen Budaya PWI Pusat, dan Ketua Bidang Pendidikan, Pelatihan, dan Literasi Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Pusat.(***)