INDOBALINEWS - Demo memperingati 60 tahun deklarasi kemerdekaan West Papua yang dilakukan Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) dan Front Rakyat Indonesia Untuk West Papua (FRIUWP) di Bundaran, Renon, Denpasar beberapa hari lalu berakhir ricuh,
Mereka bentrok dengan Ormas Patriot Garuda Nusantara (PGN) Bali yang merasa keberatan dengan narasi-narasi yang dilontarkan peserta aksi.
Panglima Komando PGN Wilayah Bali dan Indonesia Timur, Gus Yadi menerangkan kronologi awal pihaknya turun hingga akhirnya terjadi kericuhan saat demo AMP di Bundaran Renon, Denpasar beberapa hari lalu.
Baca Juga: Pemuda 22 Tahun Gantung Diri di Jembatan Tukad Bangkung
Gus Yadi menyebut, dalam orasinya AMP dan FRIUWP mencaci maki Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menyampaikan kata-kata yang melecehkan TNI/Polri, serta meminta hak menentukan nasib mereka sendiri atau referendum.
"Sosok pembaca tuntutan dari AMP dan FRIPM justru adalah bukan dari orang Papua asli," terangnya, Sabtu 4 Desember 2021 petang di Denpasar.
Baca Juga: Hadiri Rapimnas KADIN Indonesia, Presiden Jokowi Dorong Ekonomi Hijau
Dijelaskannya, saat itu PGN Bali meminta pihak kepolisian untuk membubarkan aksi AMP dan FRIPM karena tuntutan serta statement atau pernyataannya sudah termasuk makar dan cenderung memberontak dengan kekerasan kepada NKRI.