Halving dilakukan setiap 210.000 blok yang ditambang atau kira-kira sama dengan setiap 4 tahun sekali. Sejak diluncurkan pada tahun 2009, Bitcoin sudah mengalami proses halving sebanyak tiga kali.
Aditya mengatakan, siklus halving kali ini sudah terlihat berbeda dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya di mana Bitcoin untuk pertama kalinya dalam sejarah menguji harga tertinggi baru menjelang halving.
Kenaikan harga Bitcoin belum lama ini kemungkinan disebabkan karena meningkatnya ketertarikan investor institusional akibat persetujuan exchange-traded fund (ETF) Bitcoin di Amerika Serikat.
Baca Juga: Mau ke Bali, Bus Pahala Kencana Terbakar di Jalan Tol Jombang-Mojokerto Jatim
"Bahkan jika Anda meyakini bahwa halving merupakan faktor pendorong utama dari kenaikan harga Bitcoin, tidak ada jaminan bahwa hal ini akan terus terjadi di masa depan," kata Aditya dilansir dari Antara.
Beberapa bulan menjelang halving, ETF Bitcoin pertama di AS telah disetujui dan lebih dari 6 miliar dolar AS atau setara Rp95 triliun aliran dana telah masuk ke ETF Bitcoin. Harga tertinggi Bitcoin senilai lebih dari Rp1 miliar juga telah dicapai di bulan Maret di Luno.
Ketika halving pertama terjadi di tahun 2012, Bitcoin dihargai senilai 12 dolar AS. Setelah peristiwa halving pertama itu, harga BTC melonjak naik dari 12 dolar AS ke kisaran 1.000 dolar AS di akhir 2013.
Halving kedua terjadi pada 9 Juli 2016 di mana Bitcoin dihargai di kisaran 640 dolar AS. Kemudian pada Juli 2017, harga Bitcoin naik ke level 2.550 dolar AS.