Menauladani Pemenang Ajang SATU Indonesia Award Astra: Pendidikan Bisa Putus Rantai Kemiskinan Antar Generasi

12 Desember 2022, 09:01 WIB
Bli Dika, Salah satu pemenang ajang SATU Indonesia Award Astra saat sharing pengalaman di Kantor FIF Group Region Inventory Denpasar. /dok mat

INDOBALINEWS - Kuliah di luar negeri buat yang berduit adalah hal yang mudah, meski butuh puluhan juga hingga ratusan juta untuk biaya sampai lulus nanti.

Tapi untuk pemuda pemudi dengan latar belakang ekonomi menengan ke bawah, kuliah di luar negeri butuh perjuangan keras agar bisa mendapatkan beasiswa.

Jika sudah berhasil mendapatkannya dan studi S2 di negara impian sudah di depan mata rasanya mimpi cita cita sudah setengah jalan terwujud.

Baca Juga: BPKH : Pendaftar Haji Sudah 290 Ribu Jamaah, Dana Haji Terkumpul Rp 169 Triliun

Hal inilah sedikit banyak sama dengan yang dirasakan oleh Gede Andika Wirateja, pemuda dari Buleleng Bali saat kesempatannya studi S2 di luar negeri sudah di depan mata.

Senang dan bangga, tentu saja! Namun salah satu pemenang Satu Indonesia Award ini pada akhirnyamemutuskan untuk tak meneruskan keinginan besarnya itu meski sudah setengah jalan.

Bukan karena tak mau bekerja keras berkompetisi dengan mahasiswa lain dari seluruh dunia di luar negeri sana, tapi ternyata ada cita cita lebih tinggi lagi yang harus memupus keinginaannya studi di luar negeri.

Baca Juga: Penting Ruang Dialog Selebar Lebarnya untuk Wujudkan Dakwah yang Menggembirakan

Apa cita citanya yang lebih tinggi itu? Yaitu membantu mewujudkan  cita cita anak anak di desanya!

Seperti yang dituturkannya saat media gatheribg di Kantor FIF Group Region Inventory Denpasar beberapa waktu lalu.

Ia mengaku tak menyesal tak jadi meneruskan kuliah S2 di luar negeri demi menyelamatkan pendidikan anak-anak di desanya yang terancam putus sekolah.

"Saat itu masa pandemi, anak anak sekolah daring atau sekolah di rumah. Hal ini memicu anak anak putus sekolah karena faktor ekonomi keluarga," ujar pemuda yang biasa dipanggil dengan Bli Dika ini.

Baca Juga: Raffi Ahmad dan Nagita Slavina Hadiri Serangkaian Pernikahan Kaesang dan Erina

Tidak sedikit anak-anak di Desa Pemuteran Kecamatan Gerogak Kabupaten Buleleng yang kehilangan masa belajar karena terpaksa membantu orang tua bekerja di sektor pertanian atau perikanan.

Ia trenyuh, melihat anak anak tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Lantas Ia pun menginisiasi gerakan pembelajaran bersama beberapa teman-temannya yang memiliki kepedulian terhadap anak-anak.

"Pada tahun 2020, masa tahun pertama saya kerja, di salah satu kementerian Republik Indonesia di bagian kerja sama luar negeri. Karena pandemi, membuatnya harus kembali ke Bali dan bekerja di rumah atau yang dikenal work from home.

Baca Juga: Perlu Kolaborasi Kelola Sampah Laut Dalam Mewujudkan Pariwisata Berkelanjutan

Sosok pemuda inspiratif ini menuturkan, saat pendidikan di kampus Universitas Udayana, tahun 2019, juga menempuh kreditnya di Jepang selama satu tahun lima bulan.

Hingga akhirnya kembali ke Bali di Desa Pemuteran tahun 2020, yang masyarakatnya banyak menggantungkan hidupnya di sektor pariwisata berbasis ekonomi kreatif.

Pada bulan Mei tahun 2020, saat memulai bekerja dari rumah, dia melihat ada fenomenaa berbeda di kampung.

Baca Juga: UI, UGM dan ITB Sisihkan 2.445 Peserta dari 386 PT di Indonesia dalam Pertamuda Seed and Scale 2022

Pada masa remajanya di bangku SMP dahulu, banyak melihat wisatawan asing atau bule-bule datang menikmati keindahan alam Desa Pemuteran.

Namun situasi atau hal berbeda terjadi saat pandemi 2019 di desanya.

Desa Pemuteran yang dikenal wisatawan hingga mancanegara dengan keindahan alam pantai dan bawah lautnya, menjadi sepi karena tidak ada wisatawan datang.

Akibatnya, pariwisata di daerah arah barat Singaraja atau Ibu Kota Kabupaten Buleleng itu menjadi lumpuh total.  Tidak ada denyut pariwisata sehingga masyarakat balik kembali menjadi nelayan atau petani

Akhirnya, secara pribadi, Bli Dika terpacu untuk menelusuri apa yang sebenarnya terjadi di desanya hingga sepi dari turis.

Baca Juga: Anis Baswedan Bakar Semangat Relawan di Sulawesi Selatan

Apalagi, dia masih melihat di Denpasar pada bulan Mei 2022 masih banyak bus-bus besar kunjungan wisatawan dari luar negeri.

Kemudian, mencoba melakukan base land study, yakni studi dasar atau awal untuk mengetahui suatu kondisi.

Melalui pendekatan ini nantinya bisa diketahui hasil akhir atau kesimpulan apa yang sebenarnya terjadi.

Alumnus Fakultas Ekonomi Unud ini, mencoba terus mencari tahu dengan pendekatan untuk mengukur dampak.

Kemudian dilakukan riset atau penelitian yang menunjukkan fakta bawah anak-anak di Pemuteran tidak bisa menjalankan sekolah online.

Baca Juga: 10 Orang Tewas Kecelakaan Tambang Batu Bara di Sawahlunto Sumbar

"Penyebabnya Berbagai permasalahan, salah satunya telepon seluler, jaringan dan mindsetpola pikir orangtua, yang .masih menganggap pendidikan bukan menjadi kebutuhan utama atau pokok rumah tangga," jelasnya.

Akhirnya ketika ada perubahan pembelajaran secara online di rumah, maka orangtua banyak yang tidak siap dan meminta anaknya membantu bekerja di laut atau narik.

Kegiatan dikenal Narik mencari rumput untuk pakan ternak sapi atau bekerja di sawah membantu orangtuanya, kemudian menjadi aktivitas anak-anak SD yang memaksa mereka drop out sekolah.

Baca Juga: Kongres Anak Indonesia Harapkan Pemerataan Pendidikan dan Akses Internet Daerah Terpencil

"Saya tidak mau adik-adik saya berhenti sekolah, saya juga tidak mau anak-anak Desa Pemuteran tidak sekolah," katanya menegaskan.

Berbekal semangat dan tekat yang kuat, di mana awalnya ingin bekerja dari rumah dan pamitan dengan keluarga karena dirinya mendapat beasiswa melanjutkan studi S2 ke Inggris, urung diambilnya.

Ia memilih membantu anak anak agar bisa terus belajar disamping tetap membantu orangtua mencari nafkah.

"Karena saya percaya pendidikan adalah satu hal yang harus diperjuangkan,oleh masyarakat di desa," katanya menegaskan.

Ia juga yakin melalui pendidikan bisa memutus rantai kemiskinan antar generasi dan pendidikan adalah salah satu cara bangkit dari keterpurukan.

Baca Juga: Polisi Ingatkan Pendiri Ri Yaz Group Malaysia Agar Serahkan Diri

Akhirnya Bli Dika memutuskan menunda meneruskan studi S2, membuang kesempatan beasiswa yang diterimanya, dengan mengirim email terkait itu ke kampus yang sejatinya diidamkannya sejak tahun 2015.

Pertimbangan pribadinya, setelah dihitung secara cost atau biaya dengan benefit atau keuntungannya, lebih besaran jika dirinya tetap tinggal di kampung ketimbang berangkat ke Inggris.

"Kalau saya berangkat ke Inggris, bisa bisa saja tinggal siapkan koper, buku-buku ekonomi, siap berangkat ke Inggris langsung," tukasnya

Namun pertanyaannya, lantas siapa nanti yang akan memegang, mengurusi anak-anak yang terncam putus sekolah.

Baca Juga: Ada Mayat Terjepit di Dalam Gorong Gorong di Belakang SMA PGRI Seririt

"Saya lihat mata anak-anak ini, senyumnya mereka, seolah meskipun bibir mereka tidak berkata, namun senyumnya  mengatakan butuh sekolah,"ucapnya.

khirnya dari sanalah, cikal bakal lahirnya, Rumah Belajar KREDIBALI. Ide konsep pembelajaran Kredibali itu kemudian didaftarkan oleh salah satu temannya ke Satu Indonesia Award 2021 yakni apresisi atau penghargaan bagi anak muda yang berdedikasi mengabdi untuk bangsa dan negara.

Dirinya bersyukur, sejak proses awal hingga penilaian juri, diputuskan Kredibali menjadi salah satu pemenang di tingkat nasional.

Bersama Beny Santoso atau dikenal Beny Tempe, Bli Dika mewakili Bali meraih penghargaan pada ajang bergengsi tahunan itu.

Baca Juga: Pemkot Denpasar dan Cambridge University Jajaki Kerjasama Bantu Pengembangan Bahasa Inggris Anak Panti

Karya dan dedikasi putra Buleleng itu masuk kategori perjuang tanpa pamrih pada masa pandemi Covid-19.

Dia melanjutkan, rumah belajar Kredibali yang digagasnya adalah, Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan.

"Sebenarnya kami membawa tiga misi, pertama pendidikan, kedua lingkungan dan ketiga misi kemanusiaan, " tuturnya.

Hikmah pandemi, kata Bli Dika salah satunya adalah membiasakan masing masing kita untuk lebih peduli kepada orang sekitar, saling menguatkan dan merangkul sesama.

Menurutnya, kondisi pendidikan di Bali masih diwarnai ketimpangan akses dan media belajar.

Dari riset yang dilakukan dengan basis data tahun 2020, bahwa masih terjadi ketimpangan pendidikan di Pulau Dewata.

Secara langsung saat dirinya yang telah memutuskan mengabdikan diri untuk pendidikan sampai ke pelosok Bali, bersama Komunitas Jejak Literasi Bali yang dirintisnya tahun 2019, menemukan banyak sekolah yang tidak memiliki sarana media belajar untuk mendukung anak-anak desa dalam memaksimalkan potensinya.

Termasuk keberadaan sekolah di desa dengan erpustakaan, pojok baca, ruang kelas hingga kualitas meja seadanyam

Dalam kerangka itulah maka Rumah KREDIBALI dibangun di Desa Pemuteran untuk membantu anak-anak yang hampir putus sekolah.

Baca Juga: Berlaku Larangan Hubungan Seksual Sebelum Pernikahan, Kunjungan Wisatawan ke Bali Normal

KREDIBALI merupakan Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan, penyelenggara kursus Bahasa Inggris bagi anak-anak SD sampai SMP yang diluncurkan bulan Mei 2020.

Para siswa yang berminat kursus diminta membayar dengan sampah plastik yang dikumpulkan dari limbah rumah tangga masing-masing.

Anak-anak pertama diajarkan Bahasa Inggris, mengingat wilayahnya sebagai daerah pariwisata yang banyak dikunjungi wisatawan asing.

Dengan pembekalan Bahasa Inggris yang baik, diharapkan nantinya mereka bisa menjadi input yang baik untuk membantu sektor pariwisata daerah dan sekitarnya.

Baca Juga: Astindo dan PDOT Gelar Roadshow B2B Potensi Wisata Filipina di Jakarta, Surabaya dan Bali

"Program ini, anak-anak bayar dengan sampah plastik, jadi kita memulai pemilahan sampah dari rumah," tuturnya soal kegiatan yang berkaitan kepedulian terhadap lingkungan tersebut.

Sementara itu Corcom Astra Motor Bali, AA. Raka Sri Mayuni menjelaskan, Ajang kompetisi Penghargaan SATU Indonesia ini, berupaya menjaring anak bangsa yang senantiasa memberi manfaat bagi masyarakat melalui lima bidang yaitu kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi.

"Tahun 2022 ini merupakan tahun ke-13 penyelenggaraan SATU Indonesia Awards oleh Astra," tuturnya.

Tema diusung Semangat Bergerak dan Tumbuh Bersama, Astra mengajak masyarakat khususnya para generasi muda untuk semangat bergerak melakukan perubahan. ***

Editor: Shira Ade

Tags

Terkini

Terpopuler