Nyepi merupakan tradisi unik yang dikenal dunia dan kemudian menjadi perintis kampanye earth hour untuk meningkatkan kesadaran terhadap masalah perubahan iklim.
Nyepi sebenarnya merupakan bentuk perayaan tahun baru yang dilaksanakan dengan cara yang unik. Satu Pulau tidak menghentikan aktivitas selama 24 jam dengan aturan Catur Brata Penyepian yang terdiri dari amati geni (tidak menyalakan api dan lampu), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang).
Namun, ada pengecualian untuk sektor-sektor tertentu yang diperbolehkan beraktivitas tanpa keluar ruangan.
BMKG yang bekerja 24 jam dan 7 hari dalam seminggu dalam pemantauan cuaca, iklim, dan gempa bumi memiliki Unit Pelaksana Teknis yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Baca Juga: Kasus Aplikasi Binomo, Pacar Indra Kenz Vannessa Khong dan Ayahnya Ditahan
Keberadaan 4 stasiun pengamatan sinoptik di Bali yang tetap bekerja saat Nyepi memantau variabilitas Nyepi dari tahun ke tahun.
Tema inilah yang diangkat menjadi sebuah penelitian sederhana dari empat peneliti BMKG di Bali pada acara ‘CTBT Science and Technology Conference’ 2021.
Hasil penelitian mereka dapat diakses melalui tautan: https://conferences.ctbto.org/event/7/contributions/803.
Sebenarnya ada tulisan lain tentang Nyepi dari sudut pandang seismologi, tapi hanya satu yang lolos untuk dipresentasikan.
Baca Juga: Idul Fitri 2022, Kunjungan Wisdom ke Bali Diprediksi Meningkat Drastis