Terpuruk Garap Wisatawan Leisure dan MICE, Bali Bidik Digital Nomad

- 27 Mei 2021, 19:07 WIB
Pasangan wisatawan sedang bersantai di Pantai Berawa, Badung, Bali.
Pasangan wisatawan sedang bersantai di Pantai Berawa, Badung, Bali. /M. Jagaddhita/IndoBaliNews

INDOBALINEWS – Pulau Bali potensial dijadikan destinasi bagi para wisatawan digital nomad atau pengembara digital untuk menggairahkan kembali kepariwisataan yang sempat terpuruk pada masa pandemi Covid-19.

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Putu Astawa mengatakan selama ini pariwisata Bali hanya mengandalkan wisatawan leisure dan mengembangkan meeting, incentive, conference, exhibition (MICE) yang selama pandemi ini terhenti.

Kata Astawa kini Pemprov Bali melirik potensi wisatawan digital nomad d akan mempersiapkan segala sesuatu yang menjadi daya tarik kalangan profesional yang memanfaatkan teknologi untuk bekerja secara mandiri dari jarak jauh.

Baca Juga: Sandiaga Uno: Desa Wisata Simbol Kebangkitan Ekonomi Nasional

Menurut beberapa sumber digital nomad adalah sebuah istilah bagi mereka yang bekerja secara lepas dan memanfaatkan teknologi internet sehingga tidak terikat oleh waktu dan tempat.

Seorang digital nomad dapat bekerja kapanpun tanpa repot memikirkan bangun pagi dan bisa bekerja sampai malam. Digital nomad juga tidak perlu setiap hari datang ke kantor karena bisa bekerja dari kafe, vila, atau di tepi pantai.

Seorang digital nomad tidak memiliki keterikatan waktu dan tempat dalam bekerja sehingga mereka bisa independen untuk mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan hati dan minat.

Menurut Astawa saat ini wisata leisure (rekreasi) dan MICE di Bali tidak bisa berjalan karena pandemi yang melarang terjadinya kerumunan dan sulit untuk bepergian.

Baca Juga: Work from Bali, Ikhtiar Memelihara Optimisme Masyarakat Hadapi Pendemi Covid-19

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali mencatat kunjungan wisman ke Bali pada Maret 2021 tiga orang, dan secara kumulatif dari Januari-Maret 2021 hanya 25 wisman.

"Pandemi Covid-19 telah mengajarkan manusia bagaimana harus hidup bersih dan sehat, selain itu pandemi juga mengenalkan kita pada kehidupan digital," katanya saat melakukan kunjungan di Dojo Bali Coworking, Kuta Utara, dikutip dari ntaranews, Kamis 27 Mei 2021.

Astawa yang didampingi anggota kelompok ahli pembangunan Provinsi Bali dayang ke d untuk melihat dari dekat aktivitas para digital nomad. Ia mengatakan akan serius membidik wisatawan digital nomad ini.

Kata dia perlu menggali lebih banyak informasi yang berkaitan dengan kegiatan para digital nomad agar ke depan bisa dibuatkan kebijakan yang mendukung.

Baca Juga: Kemenparekraf Fasilitasi Audit Surveillance ITDC The Nusa Dua Bali

Pemilik Dojo Bali Coworking Michael Craig yang sekitar 10 tahun mukim di Bali mengatakan digital nomad memiliki potensi yang sangat bagus dikembangkan di Bali.

"Digital nomad adalah orang-orang kelas menengah ke atas, jadi mereka adalah orang-orang berduit. Mereka tinggal di Bali dalam jangka waktu yang cukup lama minimal setahun. Jadi masa tinggal yang lama akan berdampak pada ekonomi masyarakat di Bali,” katanya.

Kata dia selama masa pandemi Bali adalah tempat yang dianggap paling aman bagi para digital nomad untuk tinggal dan bekerja.

"Dengan berkembangnya pariwisata digital nomad, maka juga akan berdampak pada pendapatan pemerintah dari sektor pajak," ujarnya.

Ketua PHRI Badung yang juga anggota Kelompok Ahli Pembangunan bidang Pariwisata IGAN Rai Suryawijaya sangat mendukung pengembangan pariwisata di sektor ini.

"Dengan adanya wisatawan ini akan bisa memberi peluang juga pada akomodasi  masyarakat seperti homestay, villa maupun akomodasi milik masyarakat lainnya," ujarnya.

Tentunya ini perlu mendapat perhatian khusus pemerintah, maka dari itu perlu dibuat diskusi kelompok terpumpun untuk memberi masukan kepada pemerintah terkait kebijakan kelak..***

 

Editor: M. Jagaddhita

Sumber: Antaranews


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah