Sejumlah keunggulan lain seperti mudah diakses dan diterapkan terutama sebagai penggunaan POCT (Point of Care Test). Juga performa tinggi dengan sensitivitas dan spesifisitas tinggi. Selain itu kesalahan hasil tes (false positive test result) yang minimal.
"Metode ini juga merupakan teknologi dari Amerika Serikat yang telah tersertifikasi FDA EUA, CLIA Waived, dan CE Eropa," jelasnya.
Baca Juga: Depresi, Bule Argentina di Bali Lari Masuk Hutan dan Ditemukan Meninggal
Dikesempatan yang sama, pakar patologi klinis Universitas Indonesia (UI), Prof. Siti Boedina pada acara yang sama menyatakan tes PCR terbagi dua, yakni tes molekuler isotermal dan RT-PCR. RT-PCR mendeteksi protein virus. Secara umum, dua-duanya mendeteksi materi virus.
“Tes ini (tes molekuler isotermal) mendeteksi DNA virus. Untuk tes molekuler isotermal, alatnya simpel dan bisa dibawa ke mana-mana. Pemeriksaannya juga tak butuh proses lama. Hanya sekitar 30 menit, sudah ada hasil yang bisa dijadikan pegangan soal kondisi kesehatan seseorang,” papar Prof. dr. Siti Boedina Kresno, Sp. PK (K) pakar patologi klinis Universitas Indonesia (UI).
Baca Juga: Laporkan Pelanggaran Pilkada 2020 Langsung ke Bawaslu, Ini Caranya!
Sebagai gambaran, di seluruh rumah sakit Siloam Hospitals Group, tes molekuler bisa didapat mulai dari Rp 999.000 (minimum 10 orang). Selain digunakan untuk pasien dengan onset gejala kurang dari tujuh hari.
Tes ini dikatakan juga sangat sesuai digunakan untuk kasus gawat darurat di IGD, tindakan operasi yang harus segera dilakukan, serta rawat inap. Dengan sifatnya yang portabel atau mudah dibawa, layanan tes molekuler isotermal pun tidak terbatas hanya di lingkungan rumah sakit saja.