Edukasi Mitigasi Bencana Perlu Digenjot, Ini Hasil Webinar AJI Denpasar

7 April 2021, 20:13 WIB
Webinar yang digelar AJI Kota Denpasar. /AJI Denpasar

INDOBALINEWS – Pemerintah perlu meningkatkan edukasi mitigasi bencana agar masyarakat memiliki kesiapan dan kesiagaan terhadap ancaman bencana alam yang terus berulang.

Kepala Sub Bidang Mitigasi Pengamatan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana mengatakan kesiap-siagaan suatu daerah menghadapi bencana tergantung dari edukasi mitigasi bencana yang diberikan pemerintah setempat.

“Berkaca pada pengalaman saat saat erupsi Gunung Agung 2017-2018, masyarakat di Bali tak cukup siap dalam hal mitigasi bencana,” katanya dalam webinar bertajuk Mitigasi Bencana di Destinasi Wisata, Keselamatan atau Keuntungan? yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Denpasar, Rabu, 7 April 2021.

Baca Juga: Konsolidasi Forum PRB dan Wapena Bali, Penguatan Solidaritas Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana

Baca Juga: Pencarian 48 Korban Bencana Adonara Dilakukan di Sepanjang Lintasan Lahar

Kata Devy jika warga telah dilatih soal mitigasi bencana tidak akan terjadi kepanikan seperti saat terjadi erupsi Gunug Agung 2017 yang membuat masyarakat tak cukup siap melakukan respons.

Ia lantas menanyakan kesiapan BPBD Bali seandainya terjadi ancaman bencana status Gunung Agung naik ke level 4. Jika sudah ada kesiapan maka tindakan evakuasi akan lebih mudah dan tak terjadi kepanikan luar biasa.

“Kalau sudah siap mungkin itu tidak akan terjadi lagi kepanikan, karena setiap tahun dan setiap bencana itu relatih sama dan itu berulang, makanya perlu persiapan,” ujar Devy.

Baca Juga: Cuaca Ekstrem, Warga Diminta Waspada Terjadinya Siklon Seroja yang Diprediksi Meningkat 24 Jam ke Depan

Baca Juga: Siklon Seroja Hantam Sejumlah Wilayah di NTT, Korban Terbanyak di Adonara

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali Made Rentin mengatakan kesiapan memang belum 100% dan itu menjadi pekerjaan rumah (PR) baginya.

“Itulah tugas kami di pemerintah daerah melalui BPBD, karena salah satu indikator keberhasilannya adalah bagaimana membuat kesiapan masyarakat bisa maksimal dan meminimalisasi risiko saat terjadi bencana,” ujarnya.

Rentin menjelaskan telah menyiapkan sejumlah skema di antaranya menjadikan tanggal 26 setiap bulan sebagai hari simulasi bencana dengan menggandeng desa adat.

“Gubernur telah menetapkan simulai bencana yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat setiap tanggal 26, dimulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan sekitar sampai dengan skup yang lebih luas,” kata dia.

Ia juga membuat pemetaan evakuasi berbasis banjar dan desa jika terjadi erupsi Gunung Agung. “Kami petakan 28 desa termasuk banjar dan dusun yang berada di lingkar Gunung Agung, kini pendataan sedang berlangsung dan mendekati finalisasi,” tutur Rentin.

Yoyo Raharyo, Redaktur Radar Bali yang juga menjadi narasumber webinar mengatakan pentingnya pekerja media untuk menambah pengetahuan agar penyampaian informasi kepada masyarakat bisa lebih tepat.

“Teman-teman jurnalis perlu meningkatkan kemampun dan sumber-sumber harus diperluas agar pemberitaan juga mengedukasi masyarakat semakin siap menghadapi bencana,” ujarnya dalam webinar yang dipandu Khania Ayu.***

 

Editor: M. Jagaddhita

Tags

Terkini

Terpopuler