INDOBALINEWS - Dalam upaya menurunkan presentase Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang mengalami buta aksara, Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Bangli membentuk mini class membaca dan menulis pada Rabu 30 Juni 2021.
Kepala Rutan Bangli, Febriansyah, Amd.IP.,SH, mengungkapkan dengan langkah kecil namun pasti, perlahan Rutan Bangli mencoba wujudkan zero buta aksara.
"Tim pelayanan tahanan melakukan pendataan, dan hasilnya paling banyak ditemui warga binan yang terkendala baca tulis karena tidak menuntaskan pendidikan sekolah dasar", ungkapnya.
Baca Juga: Update KMP Yunice Tenggelam: Korban Meninggal Bertambah Jadi 7 Orang, 11 Masih Dicari
Kemudian, Febriansyah juga menuturkan, tim pengajar dibantu oleh petugas yang membidangi pembinaan kemandirian, dan tutor sebaya sesama Warga Binaan. Kegiatan dilaksanakan sekali sampai dua kali seminggu.
"Banyak fasilitas yang menuntut perlu adanya kemampuan dasar membaca, agar bisa secara maksimal dinikmati warga binaan, seperti layanan self service", tutur Febri.
Baca Juga: Yuk Kreatif Memanfaatkan Teknologi Internet
Dikatakannya juga self service adalah layanan mandiri yang menyajikan data penahanan warga binaan dalam satu monitor. Jika membaca sudah terkendala, penyampaian informasi dan tingkat pemahaman pun tidak maksimal", sambungnya.
Lebih lanjut Febriansyah menganalogikan program ini bagai mata air ditengah gurun pasir. "Mini class merupakan kesempatan langka, bak mata air yang menyejukkan ditengah gurun, meskipun sedang menjalani masa pidana, peningkatkan kualitas diri juga bisa terlaksana", jelasnya.
Baca Juga: Pemeriksaan BPK, Kemenkumham Berhasil Raih Opini Wajar Tanpa Pengecualian
Sementara itu I Made Jaya Sentana, Kepala Subsi Pelayanan Tahanan menambahkan implementasi dari salah satu hak wbp yakni mendapat pendidikan dan pengajaran terlihat dari dibentuknya mini class ini.
"Warga Binaan telihat antusias untuk mengikuti pembelajaran, semangat untuk belajar dan mau berubah, juga dapat dirasakan", terang Made Jaya.
Hal senada juga disampaikan I Made Mudarta, salah satu petugas pengajar baca tulis. Ia menyampaikan, materi pembelajaran yang disampaikan sangat sederhana dan mudah dimengerti oleh warga binaan.
"Pemberian reward juga coba kami terapkan di tengah sesi pembelajaran, untuk menjaga minat warga binaan agar tetap mengikuti kelas, sampai mahir membaca," urai Mudarta.***