Dari Diskusi Bali Darurat Sampah J2PS: Sampah Plastik Bisa Bikin Bali tak Cantik dan Bawa Penyakit

17 Maret 2023, 09:55 WIB
FGD Jaringan Jurnalis Peduli Sampah (J2PS) di Kantor Bisnis Indonesia Biro Bali Kamis 16 Maret 2023. /Shira Indobalinews

 

INDOBALINEWS - Pemandangan tak mengenakkan kerap kita lihat sekitar bulan November hingga Februari setiap tahunnya di sejumlah pantai andalan di Bali.

Bagaimana tidak, sejumlah pantai di destinasi andalan Pulau Bali seperti Kuta, Legian juga Kedonganan dipenuhi tumpukan sampah.

Sampah-sampah ini tak hanya sampah kiriman selama musim hujan dari luar Bali tetapi sampah yang berasal dari Bali sendiri termasuk timbunan sampah plastik.

Baca Juga: 2 Turis Inggris Overstay Karena Kehabisan Duit di Bali, Dideportasi

Sebagian besar sampah plastik kasat mata berasal dari merek merek produk terkenal yang biasa dikonsumsi masyarakat.

Meskinya produsen produk produk tersebut juga punya andil tanggung jawab menjaga agar sampah plastik ini tak mengganggu pemandangan pantai di Bali nan indah.

Padahal regulasi penanganan sampah plastik sudah diatur PP, Permen juga Perda tentang peta jalan pengurangan sampah oleh produsen.

Baca Juga: Begini Cara Beli Konten di google Play Pakai Virtual Account Lewat DOKU

Tapi kenyataannya setiap musim penghujan sampah plastik terus menumpuk di pinggir pantai.

Seperti yang dikatakan oleh I Gede Herdrawan, Ph.D., akademisi yang juga ahli Oceanografi Unud bahwa Bali takkan berhenti pada istilah darurat sampah. Selain produk rumah tangga, sampah di Bali merupakan kiriman dari daerah lainnya di Indonesia.

“Sampah kiriman ini datang pada puncak musim barat yakni Desember, Januari dan Februari,” tegasnya dalam acara Forum Group Discussion (FGD) yang digelar Jaringan Jurnalis Peduli Sampah (J2PS) yang dimotori ketua Agustinus Apolonaris KD, Kamis 16 Maret 2022.

Baca Juga: Penertiban Bule Nakal di Bali Harus Dilakukan Secara Bijak dan Selektif

FGD juga menampilkan narasumber lain, I Putu Ivan Yunatana, Ketua APSI Bali Nusa Tenggara yang juga founder Bali waste Cykle.

FGD yang mengangkat topik Bali Darurat Sampah tersebut dihadiri puluhan wartawan dan pengelola media baik cetak, elektronik dan media online di wilayah Bali.

Selain dari kalangan media, FGD juga dihadiri sejumlah mahasiswa peduli sampah dari sejumlah perguruan tinggi di Bali.

Baca Juga: Suka Jastip Obat Impor? Waspada Hal Ini

Dia mengatakan dari jumlah 4.200 ton sampah per hari, 30 persennya merupakan sampah plastik dan sisanya 70 persen merupakan sampah organik.

“Tercatat 30 persen merupakan sampah plastik,” tegasnya.

 Hendrawan juga menyampaikan dampak sampah bagi destinasi wisata Kuta yang bisa mengikis kecantikannya dan dampaknya bagi kesehatan.

Baca Juga: Gerindra Bali Bagi Bagi Rumah dan Mobil di Acara Jalan Sehat Prabowo

Untuk sejumlah destinasi, katanya, menjadi isu yang sangat seksi terutama digunakan oleh kompetitor Bali di luar negeri.

Sampah dijadikan isu untuk menjatuhkan Bali di mata calon wisatawan sehingga wisatawan berpindah ke destinasi lainnya di luar negeri.

Selanjutnya bagi kesehatan, dia menyebut, sudah terjadi pencemaran terhadap biota laut seperti ikan.

Baca Juga: Penerapan Extended Producer Responsibility, Pemda Punya Daya Paksa ke Produsen

Ikan-ikan konsumsi sudah ada yang tercemar limbah logam, mikro plastikdan sebagainya. “Untuk dampaknya secara riil apakah membahayakan bagi kesehatan atau tidak, tentu kami harus bekerja sama dengan pihak Dinas Kesehatan maupun Fakultas Kedokteran,” tegasnya.

Sementara itu, Putu Ivan Yunatana lebih banyak memberikan solusi bahwa pengelolaan sampah terutama sampah anorganik seperti plastik bisa dijadikan bahan untuk berbagai peralatan rumah tangga.

Baca Juga: Bupati Sukiman Tegas, Proyek SPAM Selatan Harus Terlaksana

Setelah diolah, sampah plastik bisa diolah menjadi meja, kursi, kaki palsu dan sebagainya. Sementara sampah organik bisa diolah menjadi kompos, pupuk dan produk pengganti batubara.

Terungkap pula, untuk mengurangi volume sampah, Bali perlu Putu Ivan Putu Ivan lainnya. Pemerintah perlu hadir untuk mendukung pengusaha sampah yang ada dan memfasilitasi peralatan serta produk jadi yang dihasilkan sehingga volume sampah yang diolah bisa dalam jumlah besar.

Baca Juga: Erick Thohir Tinjau Stadion Dipta: Piala Dunia U 20 Dapat Bangkitkan Sport Tourism

Pupuk atau kompos yang dihasilkan dari sampah organik perlu dibeli oleh pemerintah selanjutnya diberikan kepada petani untuk meningkatkan produksi pertanian.

Selain itu, diresmikannya TPST Kertalangu di Denpasar memberi angin segar dalam rangka pengelolaan sampah. Ini tentu saja menjadi solusi untuk mengurangi sampah menuju tempat pembuangan akahir (TPA).

Baca Juga: Searah Creative HUB Wadahi Pegiat Film Jebolan ISI Denpasar

Selain diolah di TPST, warga juga mulai diedukasi untuk mengolah sampah di sumbernya. Minimal dengan cara memilah antara sampah organik dan anorganik. ***

 

Editor: Shira Ade

Tags

Terkini

Terpopuler