Selanjutnya Kepala BNPB dan Utusan Khusus PBB melihat simulasi yang diperagakan para murid dan guru. Mereka melakukan evakuasi setelah terjadi gempa dan dilanjutkan menuju ke hotel yang telah ditunjuk sebagai tempat evakuasi sementara (TES).
Baca Juga: Diyakini Sosok Tepat Kembangkan Pariwisata, Sandiaga Uno Mendapat Dukungan Luas di Bali
Suharyanto mengatakan bahwa simulasi di sekolah ini merupakan rangkaian Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) ke-7 yang nanti akan digelar pada 23-28 Mei 2022 di Bali.
Pada pertemuan GPDRR nanti Indonesia akan menampilkan kearifan lokal tempat dan daerah yang sudah paham dan mempraktekkan upaya pengurangan risiko bencana, seperti ditunjukkan komunitas sekolah yang berada di Kuta Selatan tersebut.
"SMP Negeri 3 ini salah satu sekolah yang telah mempraktekkan langkah-langkah pengurangan risiko bencana," ujar Suharyanto.
Baca Juga: Sah! Impian Pesta Pernikahan Ideal Hancur Akibat Narkoba, Akhirnya Menikah di Kantor Polisi
Sementara itu, Dwikorita menambahkan bahwa desa tempat sekolah ini merupakan salah satu dari 7 desa yang mengajukan sebagai desa siaga tsunami. Ia mengatakan ada dua desa di Bali yang sedang dalam proses penilaian desa siaga tsunami dari Unesco.
Kelurahan Tanjung Benoa merupakan salah satu kelurahan di Kabupaten Badung yang berada di wilayah bahaya tsunami tinggi. Karakter wilayah yang datar dan jauh dari area aman tidak memungkinkan untuk menuju daerah yang lebih tinggi tepat waktu.
Pilihan terbaik untuk evakuasi adalah evakuasi secara vertikal menuju bangunan tinggi dan minimal berlantai 3 yang masih berdiri pascagempa.
Baca Juga: Terkait Korupsi Proyek Senilai 6,7 Miliar, 'Wabup KLU Harus Ditahan