Penerima Apresiasi Astra Satu Indonesia Award: Membantu Sesama tak Harus Menunggu Kaya

- 18 September 2023, 16:59 WIB
Kegiatan pembelajaran gratis di Taman Pintar untuk anak tidak mampu di pedasaan.
Kegiatan pembelajaran gratis di Taman Pintar untuk anak tidak mampu di pedasaan. /Dok Ni Komang Anik

 

INDOBALINEWS - Mengawali Kegiatan pembelajaran gratis anak putus sekolah dari sebuah konsep hidup sederhana dan murni, membuat Dr. Ni Komang Anik Sugiani menjadi salah satu tokoh muda panutan Bali. 

Hal itu diungkapkan oleh perempuan yang mendapat apresiasi Astra SATU Indonesia Award 2021 saat briefing media daring bertajuk "Agent of Change, Pembelajaran Gratis untuk Anak Pedesaan" Selasa 12 September 2023.

"Kegiatan kami sudah berawal dari tahun 2016 dan masih menggunakan komunitas lalu menjadi yayasan yang tidak hanya berfokus di pendidikan. Sejak lama saya selalu suka berbagi dan menurut saya berbagi itu tidah hanya materi bisa dengan tenaga dan pikiran, intinya berbagi itu tidak harus menunggu kaya," bebernya.

Baca Juga: Apa Kabar Libra? Ini Rahasia Sukses Scorpio dan Sagitarius, Cek Ramalan Zodiak Senin, 18 September 2023

Lebih lanjut dikatakannya kenapa diputuskan ke anak pedesaan karena yayasan ini terletak di desa pinggiran di desa pinggiran jauh dari perkotaan.

Ni Komang Anik bersama anak asuh di yayasan.
Ni Komang Anik bersama anak asuh di yayasan. Dk Ni Komang Anik

"Dan rata-rata anak-anak di sini tamat SD itu sudah ada yang bekerja kemudian pekerjaannya pun tidak terlalu bagus misalnya kayak  asisten rumah tangga kemudian yang tamat SMP dan bisa dihitung," jelasnya lagi.

Contohnya lagi ia dari desa yang sama bisa berpendidikan tinggi S3 dan yang lainnya tidak ada seperti itu dirinya.

Baca Juga: 'Lalapan Mahal' Menu Diet Viral Tiffany Plate, Sudahkah Anda Coba?

"Karena melihat hal seperti itu maka saya tergugah untuk membuat sebuah wadah di mana wadah ini saya legalisasikan menjadi yayasan dan juga tempat belajarnya itu saya beri nama Taman Pintar untuk anak-anak pedesaan yang kurang mampu kami berikan pembelajaran gratis dan pembelajaran gratis itu berbayar menggunakan sampah dan kami sejak dingin menanamkan anak anak untuk peduli terhadap lingkungan," terangnya lagi.

 

Karenanya sebagai tokoh muda desa yang menginspirasi Dr. Ni Komang Anik Sugiani juga dikenal sebagai seorang yang aktif rela mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk pendidikan informal anak-anak desa.

Baca Juga: Pria Bule Viral Yang Bersebutuh dengan Cewe Lokal di Depan Rumah Warga Diamankan, Wanita Masih Dicari

Apa yang dikerjakannya, Ni Komang menyebutnya sebagai perjalanan hati “cinta” karena dengan ketulusan hati itulah, semua bisa dilakukan dalam mewujudkan cita-citanya yakni tidak ingin melihat ada anak-anak di Bali putus sekolah.

Minatnya di pendidikan ditunjukkan dengan disiplin ilmu yang digeluti di bidang pembelajaran. “Dari S1 sampai S3, saya mengambil teknologi pembelajaran, agar tetap linier,” terangnya saat bincang santai dengan wartawan peserta Anugerah Pewarta Astra 2023 melalui zoom belum lama ini.

Baca Juga: Kalahkan Kenta di Final, Jojo Sumbang Gelar Kedua Hong Kong Open 2023

Dijelaskan Ni Komang Anik Sugiani, teknologi pembelajaran akan terus berkembang sehingga jurusan dipilih merupakan satu paket kesatuan yang nantinya akan bisa dilaksanakannya.

Tidak bosan untuk terus bersemangat menginspirasi masyarakat, membuat Ni Komang Anik Sugiani meraih nominasi penerima anugerah SATU Indonesia Award 2021 dan 2022 untuk tingkat provinsi.Memiliki keyakinan bahwa membantu orang lain, tidak hanya cukup berwacana namun harus lewat aksi nyata. Banyak kesulitan dialami orang lain, tidak harus menunggu memiliki banyak materi dulu baru membantu, namun membantu sesama bisa melalui tenaga, pikiran dan apa saja.

Baca Juga: Pemerasan Berkedok Kencan Online Seharga Rp150 Ribu Dibongkar, 4 dari Pelaku Positif Narkoba

Persoalan pendidikan yang menjadi perhatiannya, tidak hanya basa-basi, tetapi harus aksi nyata lewat tindakan nyata, yang sifatnya terus menerus secara konsisten. “Pendidikan itu bukan basa basi, bukan pencitraan, tetapi harus ada tindakan nyata dan dilakukan secara berkesinambungan secara terus menerus,” ujarnya.

Meski dengan keterbatasan kekurangan sumber daya, program pendampingan anak-anak putus sekolah di desa terus berjalan. Beruntung tokoh masyarakat lainnya perlahan memberi dukungan kepada upaya Komang Anik Sugiani dan teman-temannya.

Memulai dengan Program Taman Pintar yakni pendidikan gratis bagi anak-anak putus sekolah disusun dengan mempertimbangkan kondisi masyarakat yang terbentur biaya sekolah.

Baca Juga: Survei SMRC Ganjar-Ridwan Kamil Teratas, Ketua DPP PPP: Ganjar-Sandiaga Uno Pasti Hasilnya Lebih Besar

Dibuatlah ide, biaya pendidikan anak-anak diganti dengan penukaran hasil pengumpulan sampah-sampah. Program ini juga untuk mengajarkan anak-anak untuk peduli terhadap lingkungan.

“Anak-anak dilatih gratis, hanya membayar dengan sampah plastik yang berhasil dikumpulkan,dikelola Bank Sampah “ ungkap Komang Anik Sugiani.

Dibawah bendera Yayasan Project Jyoti Bali (YPJB) yang merupakan komunitas anak SMA atau yang tidak mampu sekolah SD dan SMP. Mereka yang diasuh YPJB diberikan pelajaran mengolah sampah, membuat Bata, ramah lingkungan, Eco Enzyme hingga bantal alas duduk.

Mereka para siswa mendapatkan ilmu pengetahuan melalui pembelajaran pelatihan dan mendapatkan uang saku, perlengkapan sekolah serta sembako.

Baca Juga: Ikan Hidup dari Bali Jadi Primadona Pasar ASEAN

Ni Komang Anik Sugiani terus menggalang dukungan, walau tidak sedikit orangtua yang belum percaya dengan kegiatan-kegiatan yang masih sebatas digerakkan komunitas.

Setelah aktif memalui platform media sosial, barulah kendala demi kendala bisa teratasi, terutama terkait kekurangan tenaga relawan atau volunter.

“Ketika sudah aktif di sosial media, kendala kami terpenuhi anak muda beberapa kampus jadi tutor,” terang Ni Komang.

Lewat kesungguhannya, Komang Anik Sugiani mampu meyakinkan banyak pihak hingga bersedia mengucurkan dana CSR untuk program pendidikan gratis di desanya melalui Yayasan Project Jyoti Bali (YPJB) yang didirikannya.

Baca Juga: Piala Dunia U 17: Timnas Indonesia Terhindar Dari Grup Neraka

Berkat dukungan dari berbagai pihak itulah anak-anak putus sekolah yang diasuh sebanyak awalnya 2019 tercata 124, dan 32 diantaranya berasal dari keluarga kurang mampu di tiga desa sekitar yakni Desa Mengening, Bila dan Tajun.

Umumnya mereka yang lulus dari YPJB dan sekolah formal melanjutkan ke perguruan tinggi. Yang membanggakan, anak-anak asuhnya yang mengikuti pembelajaran gratis cukup banyak yang berprestasi di sekolahnya.

Meski semua pengorbanan waktu, tenaga, materi sudah didedikasikan untuk masa depan anak-anak di desa, namun Komang Anik Sugiani, merasa belum cukup. Dia ingin mengajak semua lebih peduli terhadap pendidikan anak-anak khususnya yang putus sekolah.***

 

Editor: Shira Ade


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah