Baca Juga: Keluarga Presiden Jokowi Dikabarkan Kelola TMII, Moeldoko Sebut Itu Pemikiran Primitif
Baca Juga: BMKG: Tinggi Gelombang 4 hingga 6 Meter Berpeluang Terjadi di Samudra Hindia Selatan Jawa Bali
Kemudian, Vietnam tumbuh sebesar 2,91 persen untuk setahun penuh, atau lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan (estimasi) median 2,8 persen dalam survei yang dilakukan oleh Bloomberg.
"Artinya, pandemi Covid19 berpengaruh hanya sebesar 2-3 persen saja terhadap jalannya perekonomian kedua negara tersebut," sambung alumnus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini.
Sementara Indonesia dalam masa pandemi Covid19 terjadi kemerosotan ekonomi sebesar -2,07, yang berarti berpengaruh buruk sebesar 6-7 persen lebih terhadap capaian pertumbuhan ekonomi atau terus menurun secara kuartalan maupun tahunan 2020.
Untuk itu, Defiyan menyarakan, Menkeu Sri Mulyani harus keluar dari kerangka pemikiran buku teks (text book thinking).
Baca Juga: Berkomitmen Tuntaskan Pembangunan Masjid Pakubuwono X Gibran Rela Keliling Cari Dana CSR
Menkeu Sri Mulyani harus melakukan perubahan paradigmatik sistem ekonomi nasional melalui reformulasi kebijakan ekonomi arus utama saat ini serta penganggaran pembangunan bangsa dan negara sesuai Pasal 33 UUD 1945.
Diungkapkannya, perubahan paradigmatik atas sistem ekonomi inilah yang telah mampu menghela dan mendongkrak kinerja perekonomian 4 (empat) negara ASEAN yang dahulu tertinggal pada tahun 1980-an karena konflik di dalam negerinya.
Lanjut dia, seorang Menteri yang menerima mandat sebagai pembantu Presiden untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi dibidang tertentu haruslah pribadi yang solutif dan bertanggungjawab.
Dalam konteks itulah, dengan posisi dan jabatannya sebagai pejabat negara, maka tidak tepat kalau kemudian menimpakan kesalahan atas hasil kinerja buruk perekonomian yang dicapai selama Tahun 2020. ***