“Sistem kami, jika barang sudah habis terjual, baru melakukan pengiriman lagi. Biasanya dihubungi jika barang sudah habis. Di tengah pandemi ini barang sulit habis,” ungkapnya.
Pria asal Buleleng ini pun mengaku di tengah pandemi penurunan omzet dirasakan hingga 45 persen. Hal tersebut menurutnya dipengaruhi daya beli masyarakat yang lemah saat ini.
Baca Juga: Bandara Ngurah Rai Bali Raih 3 penghargaan ACI 2020
Diceritakannya, usaha keripik belut yang digeluti oleh ayah mertuanya ini sudah ada sejak beberapa tahun silam.
Tidak hanya menyasar pasar di Bali, olahan keripik belutnya juga pernah mencapai beberapa daerah lainnya, seperti Sulawesi dan Kalimantan.
Baca Juga: MPR RI dan Badan POM RI Dukung Bio Farma Produksi Vaksin Covid-19
Harga jual keripik belut mulai dari Rp 5.000 per bungkus, hingga Rp 180.000 per bungkus dengan berat 1 kilogram.
Dalam pemasarannya, keripik belut tersebut pun sudah lengkap dengan PIRT dan BPOM dan diekmas kemasan menarik.
Baca Juga: Sekda DKI Jakarta Saefullah Meninggal Dunia Terinfeksi Covid-19
ebelumnya ia juga mengaku telah menyasar supermarket besar di Bali. “Sekarang permintaan minim, beberapa tempat juga tidak lagi kami suplay,” imbuhnya. (***)