Pada 2019, ada video Presiden AS Barack Obama yang ditiru sebegitu persisnya, sampai ke wajah, suara, bahkan gerak-gerak bibirnya.
Dalam video palsu hasil rekayasa itu, Obama dikutip mengatakan hal-hal yang kontroversial.
Obama di video itu mengatakan bahwa Donald Trump adalah presiden yang tololnya sempurna.
Dan bahwa pembunuhan yang dilakukan kelompok kulit hitam Black Panther bisa dibenarkan.
Baca Juga: Janji Tingkatkan Kesejahteraan Penulis, Ketua Umum Satupena Siap Jalankan Tujuh Program Unggulan
Denny mengutip hasil penelitian di AS, bahwa berita palsu itu sudah menjadi mayoritas.
Di AS, yang mungkin juga terjadi di Indonesia, 67 persen dari populasi pernah melihat berita palsu. Jadi berita palsu sudah menggapai lebih dari separuh populasi.
Sekitar 83 persen populasi di AS mengakui bahwa berita-berita palsu ini mempengaruhi kesadaran mereka.
Bahkan, mempengaruhi pilihan politik negaranya. Terlihat, begitu besarnya pengaruh berita palsu itu. ***