Hari Kanker Sedunia 4 Februari, Ini Gaya Hidup Pemicu Kanker

- 4 Februari 2021, 13:10 WIB
lambang hari kanker sedunia
lambang hari kanker sedunia /Dirta/Jurnal Soreang/https://youtu.be/4c--b5ImTEs

INDOBALINEWS - Hari ini 4 Februari diperingati sebagai Hari Kanker Sedunia. Hingga saat ini dari berbagai literatur diketahui penyakit kanker menempati urutan kedua tertinggi penyebab kematian di dunia.

Diprediksi dalam waktu dekat, angka kematian akibat penyakit ini diperkirakan naik ke peringkat pertama, menyalip angka kematian akibat penyakit kardiovaskular.

Betapa bahayanya penyakit ini. Karenanya Hari Kanker Sedunia diperingati untuk meningkatkan kesadaran terhadap kanker.

Baca Juga: Gelandang Serang Brasil Diego Assis Figueiredo Gabung Dengan Skuad Bali United

Selain itu juga didorong agar setiap orang melakukan pencegahan,deteksi dini dan mendukung pengobatan kanker.

Hari Kanker Sedunia dibentuk oleh Union for International Cancer Control untuk mendukung Deklarasi Kanker Dunia, yang dibuat pada tahun 2008. 

Baca Juga: Cek FAKTA : Perokok Lebih BeresikoTerjangkit Covid-19 Daripada Non-Perokok

Bertepatan dengan peringatan hari kanker sedunia pada 4 Februari, pakar kesehatan mengingatkan gaya hidup tak sehat bisa menjadi salah satu pencetus kanker.

Baca Juga: Diduga Dipukul Pakai Tabung Gas 3 Kg, Sri Warga Banyuwangi Tewas Dalam Warung di Sanur Bali

Karenanya Health Claim Senior Manager Sequis, dr. Yosef Fransiscus mengajak masyarakat melakukan gaya hidup sehat setiap hari sebagai upaya melawan kanker.

“Kita dapat meraih hari esok jika fisik dan finansial kita sehat. Untuk itu, sangat baik jika kita mulai melakukan gaya hidup sehat, yaitu memperbaiki asupan dengan yang bergizi dan rutin berolahraga. Perlu juga menyeimbangkan waktu antara bekerja dan beristirahat serta memiliki pola pikir yang positif dan terbuka,” ujar Yosef seperti yang dikutip oelh indobalinews.com dari Antaranews.com.

Baca Juga: Kisah Viral Pasangan Dokter Sultan, Punya 25 ART Salah Satunya Khusus Beli Galon

Dia juga menyarankan untuk melengkapi diri dengan asuransi kesehatan sebagai bagian dari perlindungan finansial agar tetap sehat. Asuransi ini, kata dia, bisa berperan untuk mengganti biaya pengobatan yang nilainya sesuai perjanjian yang tercantum pada polis.

Di Indonesia, data Global Burden of Cancer Study (GLOBOCAN) tahun 2018 melaporkan sekitar 26.069 orang meninggal karena kanker paru setiap tahunnya, dengan 30.023 kasus baru.

Angka ini tertinggi atau mencapai 19,3 persen dibandingkan total kematian dari seluruh kanker lainnya.

Baca Juga: GeNose Alat Screening Covid-19 Buatan UGM Yogyakarta Siap Digunakan di 2 Stasiun KA

Sementara itu Dokter Spesialis paru di RS Premier Jatinegara, Kasum Supriadi mengatakan, untuk kanker paru misalnya, gaya hidup buruk yang bisa menjadi pencetus seperti mengonsumsi makanan junk food, kebiasaan merokok, berlebihan mengonsumsi alkohol serta berat badan berlebih.

Selain gaya hidup, perubahan gen atau mutasi DNA terkait faktor keturunan juga patut diwaspadai.

Menurut Kasum, jika ada anggota keluarga Anda terdiagnosis kanker paru, maka sebaiknya anggota keluarga lain menjalani pemeriksaan dini dan berkala untuk mendeteksi gejala kanker sedini mungkin.

Baca Juga: Ramalan Jelang Imlek : Tahun Kerbau Logam Jiwa Petarung Presiden Jokowi Muncul

"Ada serangkaian proses mendeteksi kanker paru, yakni anamnesa (wawancara pada pasien), pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan dahak dan biopsi jaringan paru, foto rontgen dada, CT scan paru dengan zat kontras, bronkoskopi atau endoskopi pada paru," ujar dia dalam siaran persnya, ditulis Kamis 4 Februari 2021.

Kasum mengatakan, diagnosis kanker paru salah satunya jika ada sel tumor yang bisa terdapat pada pada saluran pernapasan, parenkim paru atau pada pembungkus paru.

Bila dari serangkaian proses pemeriksaan ditemukan pasien mengidap kanker paru maka dokter paru akan menentukan tindakan medis yang sesuai.

Baca Juga: Bawa Kabur Motor Bule Rusia di Bali, Ternyata Pelaku Sudah 19 Kali Beraksi

Apabila diagnosis sudah tegak, Kasum menyarankan agar keluarga memastikan suplai oksigen pasien dengan memantau tanda vital pernapasan, tensi, suhu, nadi dan saturasi oksigen.

Apabila terlihat perubahan yang menurun maka segera konsultasikan ke dokter untuk menentukan apakah pasien perlu mendapat perawatan intensif di rumah sakit atau tidak.

Baca Juga: Rampok Bersenjata Pedang di SPBU Pelabuhan Benoa Bawa Kabur Uang Rp10 Juta

Kasum menyebutkan, pasien kanker paru stadium 4 memiliki angka progresifitas atau stadium lanjut yang cepat. Mereka ini rata-rata dilaporkan meninggal dunia dalam jangka waktu kurang dari enam bulan karena faktor infeksi.

Demi mencegah progresifitas sekaligus menurunkan prevalensi kanker paru, dia mengajak masyarakat meningkatkan literasi kesehatan soal kanker paru mencakup mengetahui gejala walaupun tidak semua kanker menunjukkan gejala dini, tahapan penyembuhan hingga cara memperlakukan pasien kanker demi membantu proses penyembuhannya.***

 

 

Editor: Shira Ade

Sumber: Antaranews.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah