Para Penyintas Tak Hanya Merasakan Long Covid Saja, Tapi Juga Dampak Sosial

- 8 Agustus 2021, 12:16 WIB
Webinar yang digelar Teras Mitra Sabtu 7 Agustus 2021.
Webinar yang digelar Teras Mitra Sabtu 7 Agustus 2021. /Dok Teras Mitra

INDOBALINEWS - Pandemi Covid-19 sudah berlangsung hampir dua tahun. Semua orang merasakan kesedihan, kekhawatiran, ketakutan, dan luka batin lainnya akibat pandemi

Menurut Juno Simorangkir, Founder Komunitas CSI (Covid Survivor Indonesia) dalam Webinar yang digelar Terasmitra Volume 134 Sabtu 7 Agustus 2021 dengan tema “Kuat Bersama Saling Menjaga”,  dampak yang dialami oleh penyintas (yang pernah terkena covid--red) tidak hanya dampak kesehatan berupa long covid, namun juga dampak sosial berupa stigma yang diterima baik dari non penyintas maupun sesama penyintas, serta dampak ekonomi yang disebabkan keluhan long covid.

Karena selama ini, kriteria kesembuhan menurut dr.Dicky Budiman, MSc.PH., PhD., pakar epidemiologi Griffith University Australia ada tiga, yaitu secara epidemiologis, secara klinis, dan secara sosial. 

Baca Juga: PHRI Ajak Semua Pihak Dukung Upaya Pemerintah Tangani Pandemi Covid

"Data yang ada pada kasus covid di Indonesia memuat jumlah kasus terkonfirmasi, dalam perawatan, sembuh, dan meninggal, namun belum mencatat jumlah penyintas dan juga tentang long covid. Long covid atau covid berkepanjangan merupakan kondisi tak normal yang bisa terjadi setelah sembuh dari covid, antara lain mudah lelah setelah beraktivitas, nafas pendek-pendek, rambut rontok, dan lain-lain," ujar Juno.

Untuk itulah kata Juno, komunitas penyintas covid di tengah pandemi berperan memberikan edukasi, sosialisasi, dan advokasi. 

Sementara itu pembicara lain dr. I Gusti Rai Putra Wiguna, SpKJ., seorang Psikiatris dari Bali, menyampaikan tentang ‘Mental Health during Pandemic’. Menurut dokter yang juga aktif di Komunitas Teman Baik, Bali Bersama Bisa, kesehatan mental tidak hanya bebas dari gejala.

Baca Juga: Pria Banyuwangi Dibekuk Polisi, Setelah Gasak Tas Pedagang Telur Bebek di Tabanan

Namun merupakan kondisi menyadari kemampuan diri, bisa mengatasi stress normal harian, bisa bekerja dengan produktif dan menikmatinya, serta bisa membuat kontribusi bagi masyarakat atau komunitas di sekitarnya. 

Pembicara selanjutnya, Inayah Wahid, dari Capacitar Nusantara, mengangkat tema ‘Heal Ourselves, Heal Our World’. Capacitar Nusantara sudah ada di Indonesia sejak tahun 2000-an saat terjadi tsunami di Aceh.

Sebelum pandemi Capacitar mengadakan program yang membantu recovery paska bencana dengan teknik-teknik sederhana. Capacitar tidak memberikan terapi atau pengobatan, namun berbagi teknik untuk membantu keselarasan tubuh dan pikiran serta energi sehingga menjadi harmonis.

Baca Juga: LPD Kedonganan Keluarkan Dana Rp2 Miliar Untuk Bantuan Paket Sembako Warga

"Ini semacam suplemen agar imun fisik dan mental terjaga, dengan mengoptimalkan kemampuan tubuh dan pikiran agar bekerja dengan baik sehingga membantu penyembuhan," ujar Inayah.

Inayah yang mengalami long covid dan menjalankan isolasi mandiri selama 1,5 bulan sempat merasakan paranoid dan stress yang sangat tinggi sebelum terkena covid, juga masih merasakan ketakutan dan kecemasan saat terpapar covid.

Teknik-teknik Capacitar sangat membantu menghilangkan ketakutan dan kecemasan sehingga membantu kondisi segera membaik. Motto Capacitar adalah tidak membutuhkan alat, namun memberdayakan tubuh kita sendiri, sesuai dengan makna capacitar dari bahasa Spanyol yaitu empowerment.***

Editor: Shira Ade


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x