Tradisi Mekotek di Bali, Penolak Bala yang Sempat Dilarang Belanda

- 1 Mei 2021, 10:02 WIB
Bendesa Desa Adat Munggu, I Made Rai Sujana menjelaskan tentang tradisi Mekotek di Munggu Badung Bali.
Bendesa Desa Adat Munggu, I Made Rai Sujana menjelaskan tentang tradisi Mekotek di Munggu Badung Bali. /Gung De indobalinews


INDOBALINEWS - Tradisi Mekotek atau Ngerebeg di Desa Adat Munggu, Badung menjadi salah satu acara adat yang ditunggu-tunggu masyarakat dan menjadi magnet turis domestik juga mancanegara dalam rangkaian Hari Raya Kuningan.

Saat masa penjajahan Belanda, acara ini sempat dilarang pelaksanaanya karena dikira masyarakat akan melakukan pemberontakan.

Sejak dilarang pelaksanaan sempat masyarakat desa diserang wabah bahkan sampai ada meningal dunia. Melihat kondisi tersebut akhirnya para tokoh agama dan adat melakukan meditasi dan melakukan negosiasi. Kemudian pelaksanaan kegitan diperbolehkan tentunya seijin pihak Belanda.

Baca Juga: Viral Bule Rusia Lolos Karantina, Diduga Ada Kesalahan Penerjemahan Bahasa

Demikian dituturkan oleh Bendesa Desa Adat Munggu, I Made Rai Sujana belum lama ini di Desa Munggu, Badung kepada indobalinews.com.

Meskipun diijinkan saat itu, tetapi tombak yang biasa digunakan dalam Mekotek akhirnya diganti dengan sebatang kayu yang disebut kayu Pulet dengan panjang mencapai 4 meter.

"Tradisi Mekotek sempat dilarang oleh Belanda atau penjajah saat itu.Hal tersebut dilakukan karena dikira akan melakukan pemberontakan terhadap penjajah Belanda," jelasnya.

Baca Juga: Panglima TNI Hadi Tjahjanto Dipecat Karena KRI Nanggala 402 Tenggelam? Cek Faktanya

Dikisahkannya lagi, para Tokoh Agama akhirnya saat itu melakukan Semedi di Pura Dalem desa dan mendapat pawisik kondisi tersebut disebabkan karena tidak dilaksanakanya tradisi Mekotek tepatnya saat Hari Raya Kuningan tersebut.

Halaman:

Editor: Shira Ade


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x