Makna yang Terkandung dalam Upacara Pelebon Ida Pedanda Gede Made Buruan di Karangasem

- 8 Desember 2021, 11:50 WIB
Prosesi upacara palebon atau pertiwaan Ida Pedanda Gede Made Buruan dari Geria Ulon, Banjar Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Selasa 7 Desember 2021.
Prosesi upacara palebon atau pertiwaan Ida Pedanda Gede Made Buruan dari Geria Ulon, Banjar Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Selasa 7 Desember 2021. /Dok Lius

Baca Juga: Tips Jitu Bagi Start Up Pemula untuk Sukses dan Berkelanjutan

Selanjutnya pada hari Anggara Paing Pujut, Selasa 7 Desember 2021 merupakan puncak acara pertiwaan atau pelebon Ida Pedanda Gede Made Buruan dimana setelah lewat jam 12 siang puspa (jenazah) Ida Pedanda baru dihantarkan ke tempat pembakaran.

Gunawan menjelaskan ada perbedaan dalam upacara pertiwaan atau pelebon Ida Pedanda Gede Made Buruan dengan upacara pelebon/ngaben pada umumnya.

“Ada sedikit perbedaan dari upacara pertiwaan ini karena beliau adalah pendeta Hindu dari golongan Brahmana. Misalnya alat-alat puspa atau uparangga (sarana ucapara untuk mengantarkan puspa/jenazah ke tempat pembakaran) itu berbeda. Contohnya pengantar pengusung puspa (jenazah) memakai lembu bukan banteng, secara warna juga berbeda dengan memakai lembu putih,” urainya.

Baca Juga: Bali Startup Summit di STMIK Primakara: Wujudkan Pulau Dewata Surganya Startup Digital

Lembu putih digunakan karena pendeta Hindu itu disetarakan dengan Bhatara (Dewa) Siwa dimana lembu merupakan kendaraan Dewa Siwa. Hal ini berbeda dengan yang Walaka (mereka yang belum di-dwijati menjadi pendeta Hindu.)

Lalu tempat pengusungan puspa atau jenazah dinamakan padma karena itu juga merupakan stana (tempat) Bhatara (Dewa) Siwa. Di belakangnya ada simbol-simbol angsa, empas (sejenis kura-kura), naga. Padmanya berwarna putih dan ada keperakan sebagai lambang kesucian. Jadi namanya bukan bade atau wadah seperti yang diperuntukkan bagi mereka yang masih walaka.

Baca Juga: Gubernur Koster Kecam Pelecehan Terhadap Kesenian Tradisional Bali Joged Bumbung

Gunawan menjelaskan upacara pelebon atau pertiwaan ini merupakan upacara yang bertujuan untuk menyatukan unsur-unsur Panca Maha Butha kepada alam. Panca Maha Butha ini merupakan 5 elemen dasar pembentuk alam, baik itu alam makrokosmos atau tubuh manusia maupun mikrokosmos atau alam semesta. Panca Maha Butha ini terdiri atas Akasa (unsur zat ether), Bayu (unsur zat gas), Teja (unsur zat panas/cahaya), Apah (unsur zat cair) dan Perthiwi (unsur zat padat).

“Jadi dalam pelebon atau pertiwaan ini kenapa puspa/jenazah dibakar bukan dikubur karena proses pembakaran itu lebih cepat mengembalikan unsur-unsur Panca Maha Butha penyusun tubuh ini kepada alam,” terang Gunawan. ***

Halaman:

Editor: Shira Ade


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah