Peserta Belajar Bersama Maestro Gelar Tari Palegongan ‘Abhimanyu Gugur’ di Geoks Art Space Gianyar Bali

- 9 September 2022, 17:34 WIB
Peserta Belajar Bersama Maestro (BBM) menampilkan Tari Palegongan 'Abhimanyu Gugur' di SGeoks Art Space, Sukawati, Gianyar, Bali.
Peserta Belajar Bersama Maestro (BBM) menampilkan Tari Palegongan 'Abhimanyu Gugur' di SGeoks Art Space, Sukawati, Gianyar, Bali. /Kemendikbud

INDOBALINEWS - Peserta program Belajar Bersama Maestro (BBM) 2022 menampilkan pergelaran Tari Palegongan bertajuk ‘Abhimanyu Gugur’.

Tari tersebut ditampilkan dalam acara penutupan BBM di Geoks Art Space, Singapadu, Kabupaten Gianyar, Kamis 8 September 2022 malam.

Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan (Direktorat PTLK), Direktorat Jenderal Kebudayaan,  Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi menyelenggarakan Belajar Bersama Maestro sejak 2 hingga 8 September 2022 dengan  Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK)  Tari Legong dan Joged yang diampu oleh maestro tari Bali, Prof. Dr. I Wayan Dibia.

Baca Juga: Pecinta Olahraga Bowling di Bali Punya Alternatif Arena Terbaru di Pusat Kota Denpasar

Selama tujuh hari pelaksanaan, para peserta belajar berbagai hal dari maestro I Wayan Dibia dan didampingi asisten I Wayan Purwanto. Para peserta diberikan pembelajaran mulai dari teori hingga praktik mengenai tari Bali.

Setiap hari, di pagi hari, para peserta mendapatkan paparan materi dari sang maestro, meliputi pancawi lima pedoman dasar Tari Bali, Tari Palegongan, pengaruh tari palegongan terhadap Tari-tari Bali yang lain, ngunda bayu, gaya penampilan dan taksu dalam tari Bali, hingga pelecehan dalam Tari Bali.

Pelecehan dalam Tari Bali, khususnya pada Tari Joged Bumbung merupakan salah satu konsentrasi khusus dari I Wayan Dibia dalam pelaksanaan BBM kali ini. Ia ingin para peserta lebih memahami isi dan posisi dalam Tari-tarian Bali yang sudah semakin berkembang, terutama Tari Joged.

“Akhir-akhir ini, seiring perjalanan waktu, sejalan dengan perubahan zaman, Tari Legong dan Joged menunjukkan arah perkembangan yang sedikit berbeda. Legong masih kokoh dalam posisinya sebagai kesenian klasik, sedangkan Joged menjadi seni hiburan rakyat yang semakin ‘buas’ dan vulgar,” tuturnya.

Baca Juga: Berani Lawan Bupati Bojonegoro, Syahril Majidi: Idealnya BUMD Steril dari Kepentingan Sesaat

Halaman:

Editor: M. Jagaddhita


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x