Catat Fenomena Astronomi di Pertengahan September 2020

- 18 September 2020, 14:55 WIB
Ilustrasi Astronomi/ Free-Photos /Pixabay
Ilustrasi Astronomi/ Free-Photos /Pixabay /

INDOBALINEWS – Bagi pecinta astronomi, September 2020 menjadi bulan terindah untuk menikmati dan mengamati fenomena astronomi.

Menurut Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyebutkan akan ada 6 fenomena astronomi.

Baca Juga: Jangan Sembarangan Menyebarkan Data Pribadi di Internet

Pussainsa LAPAN mengungkapkan fenomena tersebut dalam kalender astronomi bagian 3.

Berikut ini 6 fenomena astronomi yang dapat diamati dari tanggal 16 sampai 22 September 2020, dikutip indobalinews.com dari laman Pikiran Rakyat. Jumat, 18 September 2020.

Baca Juga: Jangan Sembarangan Menyebarkan Data Pribadi di Internet

Tanggal 16 September: Ketampakan terakhir bulan sabit tua

Bulan sabit tua dapat disaksikan terakhir kali dengan mata telanjang pada 16 September sejak pukul 4.45 WIB hingga terbit Matahari (5.45 WIB).

Bulan sabit tua kali ini berumur 27 hari 20 jam, elongasi 21,5 derajat dan terbit dari arah timur laut di konstelasi Leo dekat manzilah Algieba.

 Baca Juga: Kamera Mana yang Lebih Unggul, Vivo V20 vs Oppo Reno 4?

Tanggal 17 September: Fase bulan baru

Bulan memasuki fase konjungsi atau bulan baru pada 17 September pukul 17.59.56 dengan jarak geometris 360.212 km dan diameter sudut 33,2 menit busur.

Bulan terletak di konstelasi Leo dekat manzilah Zosma. Ketinggian bulan di Indonesia pada petang hari 17 September bervariasi antara -1,63 derajat (Merauke) hingga 1,04 derajat (Saban).

Sedangkan sudut elongasi Bulan-Matahari bervariasi antara 3,68 derajat (Sabang) hingga 4,16 derajat (Merauke), sehingga bulan mustahil dapat terlihat bahkan dengan alat optik sekalipun.

 Baca Juga: Kamera Mana yang Lebih Unggul, Vivo V20 vs Oppo Reno 4?

Tanggal 18 September: Ketampakan pertama bulan sabit muda

Bulan sabit muda dapat disaksikan pertama kali dengan mata telanjang pada 18 September 2020 sejak terbenam Matahari (17.45 WIB) hingga 18.45 WIB ketika bukan terbenam dengan jarak toposentris 357.621 km, iluminasi 1,66 persen dan lebar sudut 0,55 menit busur.

Bulan sabit muda kali ini berumur 23,75 jam, elongasi 14,8 derajat dan terbenam dari arah barat di konstelasi Virgo dekat manzila Auva.

Baca Juga: Penjual Likes, Komentar dan Followers Palsu Siap-siap Digugat Facebook

Tanggal 18 September: Perigee bulan

Bulan akan berada pada titik terdekat Bumi (perigee) pada pukul 20.41.12 WIB dengan jarak 359.093 km, iluminasi 2,04 persen (fase sabit awal) dan lebar sudut 0,68 menit busur.

Bulan terletak di konstelasi Virgo ketika perigee akan tetap baru dapat disaksikan mulai pukul 17.45 WIB di arah timur dan terbenam pada pukul 18.45 WIB.

 

 

Tanggal 22 September: Konjungsi Merkurius-Spica

Spica merupakan bintang paling terang di antara bintang lainnya yang terletak di konstelasi Virgo. Spica digolongkan sebagai bintang variabel ganda.

Dalam sistem manzilah Arab, Spica dikenal sebagai as-Simak, sementara dalam sistem manzilah India, Spica disebut Caitra yang bermakna 'paling terang'.

Puncak konjungsi Merkurius-Spica terjadi pada pukul 18.26.58 dengan sudut pisah 0,27 derajat. Fenomena ini dapat disaksikan dengan mata telanjang dari arah barat dengan ketinggian 10,7 derajat selama kondisi langit cerah, bebas polusi cahaya maupun bebas dari penghalang di sekitar medan pandangan.

 Baca Juga: Penjual Likes, Komentar dan Followers Palsu Siap-siap Digugat Facebook

Tanggal 22 September: Ekuinoks September

Ekuinoks September merupakan titik perpotongan ekliptika dan ekuator langit yang dilewati Matahari dalam perjalanan semu tahunan Matahari dari langit belahan utara menuju ke langit belahan selatan, dikenal juga sebagai Ekuinoks Musim Gugur (autumnal equinox) di belahan utara dan Ekuinoks Musim Semi (vernal equinox) di belahan selatan.

Ekuinoks September terjadi pada tanggal 22 September 2020 pukul 20.30 WIB. Bagi pengamat yang berada di garis khatulistiwa akan mendapat Matahari tepat di atas kepala ketika tengah hari.

Sedangkan untuk tempat lain, Matahari akan condong ke utara atau selatan, sejauh lintang tempat pengamat berada. (***)

Editor: Gede Apgandhi Pranata

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x