Rupiah Diprediksi Tertekan Dipicu Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS

- 29 September 2021, 10:21 WIB
Ilustrasi rupiah. Said Didu senggol Sri Mulyani soal utang BLBI.
Ilustrasi rupiah. Said Didu senggol Sri Mulyani soal utang BLBI. /Reuters/Beawiharta/

INDOBALINEWS - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu, 29 September 2021 diprediksi masih tertekan oleh kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS).

Rupiah pagi ini bergerak melemah 22 poin atau 0,16 persen ke posisi Rp14.295 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.273 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah kemungkinan bakal berakhir melemah lagi hari ini karena yield obligasi pemerintah AS kembali menunjukkan kenaikan. Yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun menyentuh level tinggi baru sejak 17 Juni 2021 di 1,55 persen," kata pengamat pasar uang, Ariston Tjendra seperti dikutip Antara di Jakarta, Rabu.

Baca Juga: PT GSS Gandeng Jababeka Digitalisasi Kawasan Industri Secara Terintegrasi

Menurut Ariston, kenaikan yield tersebut sebagai antisipasi pelaku pasar terhadap peluang tapering yang akan dilakukan pada akhir tahun ini dan kemungkinan percepatan jadwal kenaikan suku bunga acuan AS. Hal itu mendorong penguatan dolar AS.

Ariston juga menyampaikan, penurunan indeks saham Asia pagi ini mengekor penurunan dalam indeks saham AS semalam dan menambah tekanan ke nilai tukar negara berkembang termasuk rupiah.

"Pelaku pasar terlihat berupaya keluar dari aset berisiko. Ini juga kelihatannya imbas dari ekspektasi tapering tersebut," ujar Ariston.

Ariston mengatakan rupiah hari ini berpotensi melemah ke kisaran Rp14.2300 per dolar AS hingga Rp14.320 per dolar AS dengan potensi penguatan di kisaran Rp14.250 per dolar AS.

Baca Juga: Erick Thohir Dorong Pengembangan Industri Digital Komprehensif

Halaman:

Editor: Riyanto

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x