Ribuan Warga Australia Terdampar Tidak Bisa Pulang, Marah Kepada Pemerintah

26 November 2020, 15:04 WIB
Qantas Airwais wajibkan calon penumpang internasional sudah di-vaksinasi Covid-19 untuk penerbangan internasional /Instagram.com/@qantas/

INDOBALINEWS - Lebih dari 36.000 warga Australia telah memberi tahu Departemen Luar Negeri dan Perdagangan bahwa mereka ingin pulang, dengan jumlah orang yang dianggap rentan meningkat menjadi 8.070.

Penyelidikan Senat pada Kamis terdengar dari warga Australia yang terdampar dan pejabat yang bertanggung jawab membantu mereka kembali.

Pejabat DFAT mengatakan lebih dari 426.000 orang telah kembali sejak perbatasan Australia ditutup pada Maret, dengan 30.000 pada penerbangan yang difasilitasi pemerintah.Dari mereka yang kembali, 1,3 persen dinyatakan positif terkena virus.

Baca Juga: Maradona, Sang Legenda Sepak Bola Dunia Meninggal, Mulai Pele, Ronaldo hingga Paus Turut Berduka

David dan Kate Jeffries seorang pasangan  berbagi perjuangan mereka untuk pulang dari Kanada tempat mereka berada sejak Maret setelah bepergian untuk merawat ibu David yang sakit.

Pasangan itu memiliki seorang putra kecil dan mendapat pembatalan dari beberapa penerbangan, sehingga berupaya menuntut ganti pembatalan tiket setara dengan tujuh ratus juta rupiah.

Baca Juga: Maradona Terbesar Di Dunia Antara Ronaldo dan Messi, Pele Tidak Bisa Dibandingkan Karena Beda Waktu!

David adalah tim olahraga yang marah dan keluarga mereka telah diizinkan masuk ke Australia, setelah Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan warga Australia berada di depan antrian.

Morrison meningkatkan harapan pada bulan September ketika dia mengatakan dia ingin mendapatkan sebanyak mungkin  jika tidak semua  para pelancong yang terlantar pulang tepat waktu untuk Natal dikutip dari 7news.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Terbaru di Singapura Diumumkan, Semuanya Dari Pendatang

Dia menyalahkan negara bagian atas pembatasan mingguan pada kedatangan internasional, yang diberlakukan untuk menjaga sistem karantina hotel berkelanjutan.

Pejabat mengatakan kapasitas sistem adalah faktor penghambat, dengan 30.000 kursi penerbangan kosong seminggu karena keterbatasan.

Penjabat Kepala Petugas Medis Paul Kelly mengatakan opsi lain seperti karantina rumah menimbulkan risiko yang tidak dapat diterima.

Penerbangan repatriasi dari Singapura tiba di Canberra pada Kamis, dengan penumpang dibawa ke hotel ACT untuk dikarantina.

Baca Juga: KPK Tangkap Edhy Prabowo dan Istrinya, Diduga Korupsi Perijinan Baby Lobster

Batas nasional akan meningkat menjadi sekitar 6700 seminggu ketika penerbangan internasional tiba di Melbourne lagi mulai 7 Desember.

Wabah kedua yang mematikan di negara bagian itu disebabkan oleh penyebaran virus dari karantina hotel, dengan orang yang terinfeksi Covid-19 diatur untuk dirawat secara terpisah dalam sistem yang diubah.

Baca Juga: Kapolri di Depan 34 Kapolda se-Indonesia : Netralitas Harga Mati di Pilkada 2020

Victoria satu hari lagi untuk memberantas virus, hal ini mendorong Tasmania untuk membuka perbatasannya kepada orang Victoria pada hari Jumat untuk pertama kalinya dalam lebih dari delapan bulan.

Cluster Covid-19 yang mengkhawatirkan di Australia Selatan terus berkembang, dengan adanya seorang siswa sekolah dan seorang pria dipastikan mengidap virus.(***)



Editor: Rudolf

Sumber: 7news.com.au

Tags

Terkini

Terpopuler