Pemilahan Sampah di Rumah Bisa Berperan dalam Pengurangan Emisi Karbon

- 30 Januari 2023, 08:06 WIB
Ilustrasi Pemilahan Sampah. Pemilahan sampah yang dilakukan Bank Sampah Dharma Laksana, Kelurahan Panjer, Minggu 3 April 2022.
Ilustrasi Pemilahan Sampah. Pemilahan sampah yang dilakukan Bank Sampah Dharma Laksana, Kelurahan Panjer, Minggu 3 April 2022. /Humas Pemkot Denpasar

INDOBALINEWS - Bahaya emisi karbon terus digaungkan kepada masyarakat untuk menjaga lingkungan bumi yang kita pijak.

Emisi Karbon adalah zat berupa gas yang dihasilkan dari aktivitas pembakaran senyawa-senyawa yang mengandung karbon.

Jejak karbon yang kita hasilkan akan memberikan dampak yang negatif bagi kehidupan kita di bumi.

Baca Juga: Wow! Blackpink Pecahkan 6 Rekor Dunia Baru

Gas ini juga menjadi salah satu penyebab dari perubahan iklim dunia dan pada akhirnya berujung ke pemanasan global.

Dampak paling kasat mata yang kita terima seperti kekeringan dan berkurangnya sumber air bersih, timbul cuaca ekstrim dan bencana alam, perubahan produksi rantai makanan, dan berbagai kerusakan alam lainnya.

Sebetulnya banyak cara untuk mengurangi emisi karbon yang bisa kita lakukan secara sederhana jika kita peduli kepada keberlangsungan bumi ini.

Baca Juga: Indonesia Masters 2023: Bungkam Chico, Jojo Akhiri Puasa Gelar 3 Tahun Tunggal Putra Tanah Air

Pakar electrochemical process Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof. Eniya Listiani Dewi memberi contoh kecilnya.

Seperti menanam pohon di hulu sungai dan pemilahan sampah bisa berperan dalam pengurangan emisi karbon.

"Banyak juga beberapa problem yang kita temui masalah air di julu sungai banyak pengurangan pohon. Padahal ini harus dijaga karena sangat signifikan sekali," ucapnya Minggu 29 Januari 2023 seperti dilansir dari Antara.

Baca Juga: Pantai Pink Lombok, Antara Keindahan dan Kabar Dugaan Mafia Tanah

Contoh lain adalah yang bisa dilakukan di dalam rumah dengan pemilahan sampah dari rumah yaitu memisahkan sampah plastik maupun organik.

Dikatakannya hal ini perlu untuk bisa menjalankan program pemerintah pembangkit listrik pengolahan sampah yang masih sulit berjalan karena kurangnya edukasi pada masyarakat bagaimana memilah sampah.

"Ini sangat susah kalo tidak dipilah tidak akan jalan. Mau sebagus apapun inisiatornya, mau sebagus apapun pembakaran yang dilakukan yang banyak energi, yang akhirnya kita terjebak harga pengolahan sampahnya yang sedemikian besar," ucap Eniya.

Baca Juga: Pelatih PSM Makassar Beri Sinyal Rotasi Pemain, Gunansar Mandowen dan Dhanu Syahputra Debut Lawan Rans

Untuk itu lanjut penerimaHabibie Award termuda sebagai peneliti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ini mengatakan harus ada dorongan dari pihak pemerintah baik tingkat lurah sampai gubernur untuk bisa membantu masyarakat memilah sampah, seperti pengangkutan sampah sesuai kategorinya pada hari-hari tertentu.

Selain penanaman pohon dan pemilahan sampah, Eniya juga mengatakan hal sederhana seperti tidak sering membuka-tutup kulkas juga bisa mengurangi pemakaian energi yang terlalu banyak.

Baca Juga: Bus Persis Solo Dilempari, Gibran Rakabuming Senggol Erick Thohir, Kok Bisa?

"Efisiensi energi dengan mematikan lampu atau pakai sensor jadi menyala hanya malam hari atau otomatis menyala kalau ada orang, itu salah satu efisiensi yang bisa dilakukan," ucap ilmuan wanita lulusan Waseda University Jepang ini.

Gaya hidup ramah lingkungan yang juga bisa dilakukan adalah dengan sering menggunakan transportasi umum untuk berpergian agar tidak terlalu banyak kendaraan yang menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan sepeda jika jarak dekat.

Jika memungkinkan, lanjut Eniya, bisa mengganti semua kendaraan dengan tenaga listrik yang bisa digunakan sehari-hari untuk mengurangi pencemaran.

Baca Juga: Ini Impian Sederhana Jeka Saragih Jelang Lawan Anshul Jubli Pada Laga Final Road to UFC

Selain itu, beberapa upaya pemerintah yang sedang dijalankan adalah penggunaan bahan bakar biodisel dengan penyerapan yang lebih baik, mengakselerasi penggunaan fotovoltaik untuk mengubah energi matahari menjadi energi listrik di atap rumah.

Saat ini juga sedang digalakkan pemakaian fotovoltaik terapung yang sudah diterapkan di Waduk Tahura untuk penanaman mangrove saat gelaran G20 di Bali, November lalu.

Baca Juga: Mika Tambayong dan Deva Mahenra Menikah di Bali, Busana Pengantin Mendiang Sang Ibu Jadi Saksi Momen Istimewa

Upaya lain adalah mengkonfersikan batu bara dengan bio masa dan pada Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara agar pembakarannya lebih bersih dan minim karbon.***

 

 

Editor: Shira Ade

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x