Mengenal Teknologi Wolbachia untuk Tekan Kasus DBD yang Akan Diterapkan di Denpasar dan Buleleng

2 Februari 2023, 10:58 WIB
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, I Nyoman Gede Anom. /Destarita Rahmawati Indobalinews

 

INDOBALINEWS - Kasus DBD tertinggi di Bali terdapat di wilayah Denpasar dengan total kasus 1.096.

Di urutan kedua ada Buleleng, dengan total kasus 869.

Dengan pertimbangan ini maka Teknologi Wolbachia yang telah sukses di Jogja dengan angka keberhasilan 78% akan terlebih dahulu diterapkan di 2 kota kabupaten ini.

Baca Juga: Penemuan Kasus HIV di Bali Melebihi Target Nasional, Percepatan Penanganan Digenjot

Hal itu dikatakan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, I Nyoman Gede Anom, di denpasar Rabu 1 Februari 2023.

"Kalau untuk Wolbachia sementara untuk di Denpasar sama Buleleng, karena kasus tertinggi di tahun 2022 itu Denpasar sama Buleleng. Jadi 2 daerah itu dulu", ujarnya di Art Center, Rabu 1 Februari 2023.

Adapun data dinkes tahun 2022, kasus DBD tertinggi terdapat di wilayah Denpasar dengan total kasus 1.096. Di urutan kedua ada Buleleng, dengan total kasus 869.

Baca Juga: Siapkan Payung Ton! Prakiraan Cuaca Wilayah Bali Hari Ini Sebagian Besar Diguyur Hujan

Untuk penerapannya, Dinas Kesehatan akan mensosialisasikan selama 6 bulan kedepan. Dan diharapkan pertengahan tahun sudah bisa dijalankan.

"Jadi kan kita mensosialisasikan ke masyarakat. Image kemaren kan PSN, Pemberantasan Sarang Nyamuk, sekarang justru menyebarkan nyamuk. Jadi itu yang kita inginkan ke masyarakat biar masyarakat itu ngeh, ini lho bukan nyamuk bahaya. Nyamuk ini nanti akan berkolaborasi, berinteraksi dengan nyamuk aedes aegypti. Nanti setelah berorientasi dia tidak akan nular lagi" jelas Anom.

Baca Juga: Presiden Jokowi Kunjungan Kerja di 4 Kabupaten di Bali

Teknologi Wolbachia merupakan teknologi pengendalian virus dengue dengan menggunakan nyamuk aedes aegypti yang telah ber bakteri wolbachia.

Sehingga apabila ada nyamuk aedes aegypti yang mengandung virus dengue, lalu menghisap darah, virus tersebut akan resisten sehingga tidak menyebar ke dalam tubuh manusia.

Gede Anom menjelaskan, sosialisasi yang dilakukan di masyarakat dengan cara memilih kader kader tertentu untuk memelihara jentik nyamuk.

Baca Juga: Thailand Masters 2023: 3 Unggulan Angkat Koper di Hari Kedua, Salah Satunya Finalis Indonesia Masters

Dalam hal ini, Dinkes bekerjasama dengan WMP (World Mosquito Program) untuk penyediaan jentik nyamuk. Dan pengembangan jentik nyamuk sendiri akan dilakukan di Universitas Udayana.

Dinkes tetap berupaya untuk melakukan pencegahan DBD sebelum teknologi Wolbachia resmi diaplikasikan. 

Baca Juga: Polri Gandeng Conventry University Gelar Kursus Manajemen Pengamanan Stadion Sepak Bola

"Ya kita tetap menerapkan yang konvensional, 3M, PSN, Pola Hidup Bersih dan Sehat, 3M+ ya, kalau bisa pakai obat nyamuk, pakai kelambu. Biasanya kan pagi hari ya, tetep dijaga, tetap yang pemberantasan nyamuk tetep sekarang, 3M tetap dilakukan dan pola hidup bersih dan sehat", tutupnya.***

 

 

Editor: Shira Ade

Sumber: Kemkes. go. id

Tags

Terkini

Terpopuler