Untuk penerapannya, Dinas Kesehatan akan mensosialisasikan selama 6 bulan kedepan. Dan diharapkan pertengahan tahun sudah bisa dijalankan.
"Jadi kan kita mensosialisasikan ke masyarakat. Image kemaren kan PSN, Pemberantasan Sarang Nyamuk, sekarang justru menyebarkan nyamuk. Jadi itu yang kita inginkan ke masyarakat biar masyarakat itu ngeh, ini lho bukan nyamuk bahaya. Nyamuk ini nanti akan berkolaborasi, berinteraksi dengan nyamuk aedes aegypti. Nanti setelah berorientasi dia tidak akan nular lagi" jelas Anom.
Baca Juga: Presiden Jokowi Kunjungan Kerja di 4 Kabupaten di Bali
Teknologi Wolbachia merupakan teknologi pengendalian virus dengue dengan menggunakan nyamuk aedes aegypti yang telah ber bakteri wolbachia.
Sehingga apabila ada nyamuk aedes aegypti yang mengandung virus dengue, lalu menghisap darah, virus tersebut akan resisten sehingga tidak menyebar ke dalam tubuh manusia.
Gede Anom menjelaskan, sosialisasi yang dilakukan di masyarakat dengan cara memilih kader kader tertentu untuk memelihara jentik nyamuk.
Dalam hal ini, Dinkes bekerjasama dengan WMP (World Mosquito Program) untuk penyediaan jentik nyamuk. Dan pengembangan jentik nyamuk sendiri akan dilakukan di Universitas Udayana.
Dinkes tetap berupaya untuk melakukan pencegahan DBD sebelum teknologi Wolbachia resmi diaplikasikan.
Baca Juga: Polri Gandeng Conventry University Gelar Kursus Manajemen Pengamanan Stadion Sepak Bola