Mengembangkan Optimisme Percepatan Pemulihan Ekonomi di Bali, Ini Langkahnya

- 20 Mei 2021, 22:11 WIB
Capacity Building Media, dengan Tema Pertumbuhan Ekonomi dan Makro Prudential yang digelar Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Bali,  Kamis 20 Mei 2021.
Capacity Building Media, dengan Tema Pertumbuhan Ekonomi dan Makro Prudential yang digelar Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Bali, Kamis 20 Mei 2021. /Dok BI Bali

 

INDOBALINEWS - Memasuki kwartal kedua di tahun 2021, kondisi perekonomian Bali masih dihantui dampak pandemi yang belum juga mereda. Sejumlah kebijakan pemerintah telah diterapkan agar terjadi percepatan pemulihan ekonomi di Bali.

Menurut akademisi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Dr I Gusti Wayan Murjana Yasa SE, MSi, optimisme pemulihan ekonomi Bali dapat dilakukan melalui sejumlah langkah.

"Diantaranya adalah dengan percepatan penanganan covid-19, melalui peningkatan kepatuhan 5 M, peningkatan cakupan 3T dan percepatan peningkatan cakupan vaksinasi covid-19," ujar Dr Gusti Murjana dalam acara Capacity Building Media, dengan Tema
Pertumbuhan Ekonomi dan Makro Prudential yang digelar Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Bali,  Kamis 20 Mei 2021.

Baca Juga: Sakit Menahun, Seorang Wanita Tewas Tusuk Dada Sendiri di Dalam Kamar

Lebih lanjut dikatakannya juga dengan diversifikasi ekonomi melalui berbagai sektor potensial seperti ekonomi kreatif dan digital, pendidikan, pertanian dan kesehatan. juga dengan program Work from Bali bagi BUMN disusul dengan pelaksanaan vaksinasi diperluas guna mencapai kekebalan komunal yang dilanjutkan dengan pembukaan koridor Bali bagi wisman.

Selanjutnya bisa dengan meningkatkan efektivitas berbagai program pemulihan ekonomi. Ditambah lagi dengan transformasi Ekonomi Bali, menyeimbangkan sektor pariwisata, pertanian dalam arti luas, dan ekonomi kreatif berbasis kultural.

Baca Juga: Divonis 14 Tahun Penjara Karena Jadi Pengedar Narkoba, Pasangan Kekasih Lemas

Yang juga penting adalah dengan pemanfaatan Jendela Peluang (Bonus Demografi) sebagai
dampak dari tingginya proporsi penduduk usia produktif.

Ia juga mengangkat tentang fakta bahwa meski angka pengangguran di Bali terbilang lebih rendah dari nasional, namun yang memprihatinkan justru pengangguran lebih banyak terjadi pada tamatan diploma dan perguruan tinggi serta SMK.

Baca Juga: Sidak di Gilimanuk, Belasan Warga Ketahuan Bawa Suket Tes Antigen Kadaluwarsa

Tingkat pengangguran terbuka di Bali hanya 5 persen, secara nasional 7 persen. Jadi angka pengangguran di Bali masih lebih baik dibandingkan nasional

“Pengangguran terdidik ini yang paling banyak terjadi. Justru tenaga kerja yang banyak terserap adalah tamatan SMP,” imbuhnya dalam acara yang dipandu oleh Ekonom Ahli Bank Indonesia M. Donny H. Heatubun dengan narasumber Deputi BI Rizki Ernadi Wimanda dan Dr. I Gusti Wayan Murjana Yasa, SE.,MSi.

Sementara itu Rizki Ernadi membahas tentang tugas pokok Bank Indonesia. Selain itu terkait potensi pertumbuhan ekonomi Bali di tengah pandemi ini, Rizki mengaku optimis. Ia melihat kegiatan ekonomi mulai bergerak ke arah positif. Rizki mengungkapkan potensi perkebunan untuk ekspor sangat menjanjikan, termasuk bidang perikanan.

Baca Juga: Densus 88 Dalami Keterkaitan Mantan Sekum FPI, Munarman dengan Jaringan Teroris

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Rizky Ernadi Wimanda mengajak pihak-pihak terkait dalam upaya memulihkan ekonomi setempat dari dampak pandemi COVID-19, jangan hanya mengandalkan dari rencana dibukanya kunjungan wisatawan mancanegara.

"Jadi, harus diubah, jangan hanya menunggu kapan Bali dibuka untuk Wisman. Selama di Bali masih ada zona merah, akan sulit wisman mau datang. Perlu diperhitungkan sisi lainnya," kata Rizky. Menurut dia, pertanian dan pendidikan, menjadi dua sektor yang patut untuk lebih dikembangkan di Provinsi Bali.

Di sektor pendidikan misalnya, agar universitas internasional yang ternama juga bisa ada di Bali, seperti halnya banyak universitas yang ada di Inggris juga cabangnya dibuka di Malaysia.

Baca Juga: Turis Spanyol Gantung Diri di Pagar Tangga Lantai Tiga Sebuah Vila di Bali

Kemudian untuk sektor pertanian yang saat ini masih banyak menggunakan sistem konvensional, ujar Rizky, itu dapat didorong dengan pengembangan "digital farming" dan "smart farming".

Rizky mengatakan, kalau masyarakat Bali terus hanya bergantung pada kedatangan wisman, maka pertumbuhan ekonomi Bali juga akan makin lama terkontraksi. Potensi kunjungan wisatawan domestik pada sebelum pandemi pun pertahun cukup besar di atas 10 juta, sedangkan wisman dengan kunjungan 6,2 juta orang.

Baca Juga: Kasus IDI Kacung WHO: Jerinx Segera Bebas, Kasasi Jaksa Penuntut Umum Ditolak Mahkamah Agung

Pada triwulan I-2021, pertumbuhan ekonomi Bali masih mengalami kontraksi yakni sebesar minus 9,85 persen (yoy). Meskipun kontraksinya sudah sedikit melandai dibandingkan saat triwulan IV 2020 yang sebesar minus 12,21 persen.

"Kita memang harus optimistis untuk pemulihan ekonomi Bali. Optimistis, tetapi juga harus sabar, perlu pertimbangan matang dan semua sesuai ketentuan dan perencanaan dari Pusat agar nantinya tak menjadi bumerang," ucapnya lagi.

Baca Juga: Mabuk Sambil Bawa Sabit dan Kapak, Seorang Anak Tega Bunuh Ayahnya Sendiri di Buleleng

Selain itu, Rizky melihat potensi Bali dari sisi industri kreatif dan desain yang begitu luar biasa, pun sangat tepat untuk lebih digarap guna membangkitkan ekonomi Bali.

Dalam kesempatan itu, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Rizky Ernadi Wimanda juga banyak mengulas tentang kebijakan makroprudensial Bank Indonesia dan implementasinya.***

Editor: Shira Ade


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah