Diah Utari menambahkan, menguatnya pertumbuhan ekonomi Bali didorong oleh sektor pariwisata, seperti akmamin dengan pangsa sebesar 20,43% (yoy), pertanian 14,06% (yoy) transportasi 9,85% (yoy), kontruksi 9,68% (yoy), dan perdagangan sebesar 9,11% (yoy).
“Kalau kita bandingkan per sektor, sektor yang terkait dengan pariwisata seperti akmamin, transportasi, perdagangan, ini mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi, seiring dengan meningkatnya kunjungan wisatawan ke Bali” jelas Diah Utari.
Sementara itu, sektor Lapangan Usaha Pertanian menunjukan peningkatan positif, karena diperkirakan El Nino berakhir di tahun 2024.
Untuk menekan laju inflasi, Bank Indonesia bersinergi dengan pemerintah daerah dengan menciptakan ekosistem ketahanan pangan yang melibatkan Perumda.
Terkait program Serambi Rupiah, Advisor Kantor Perwakilan wilayah Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Bali Butet Linda Panjaitan menjelaskan, tujuannya untuk mendukung Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) melalui Rupiah serta upaya BI untuk memenuhi kebutuhan uang Rupiah sebagaimana siklus tahunan Ramadhan dan Idul Fitri (RAFI).
“Tahun 2024 ini, BI proyeksikan kebutuhan uang Rupiah sebesar Rp3,27 triliun. Sebanyak 29 Bank Umum (BU) di Bali disiapkan sebagai layanan penukaran uang selama periode RAFI 2024. Layanan mencakup 208 titik yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota,” sebut Butet. ***