Sampah: Penanganan Hulu Hilir Seiring Perubahan Mental untuk Bumi yang Lebih Baik, Jangan Cuma Mimpi!

- 7 September 2022, 23:35 WIB
Komang Ruditha H (tengah ), pimpinan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Desa Seminyak, dengan konsep 3R bersama sejumlah tokoh masyarakat dan perwakilan  CCEP memperlihatkan produk yang terbuat dari sampah yang didaur ulang (recycle), Rabu 31 Agustus 2022.
Komang Ruditha H (tengah ), pimpinan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Desa Seminyak, dengan konsep 3R bersama sejumlah tokoh masyarakat dan perwakilan CCEP memperlihatkan produk yang terbuat dari sampah yang didaur ulang (recycle), Rabu 31 Agustus 2022. /Dok Wid

 

INDOBALINEWS - Persoalan seputar sampah bisa jadi tak akan berhenti selama manusia hidup. Sebab semakin bertumbuhnya manusia di bumi diiringi dengan konsumsi dan kebutuhan hidup yang berjalan beriiringan dengan persoalan sisa konsumsi dan kebutuhan manusia.

Karenanya penanganan sampah menjadi salah satu isu lingkungan yang butuh perhatian semua pihak. Dijamin, jika banyak pihak terkait tak bersinergi termasuk pemerintah, swasta juga komunitas, masyarakat dan individu, hasil yang dicita-citakan akan makin jauh panggang dari api, alias cuma mimpi.

Betul-betul butuh kolaborasi semua pihak untuk urusan yang bisa mendatangkan lalat tapi juga mendatangkan rejeki ini.

Baca Juga: Jokowi Lantik Mantan Bupati Banyuwangi Azwar Anas Jadi Menteri PAN-RB

Penanganan sampah dari hulu hingga ke hili harus satu arah sejalan seirama. Mulai dari produsen yang harus berinovasi meminimalisir pemakaian produk kemasan yang ramah lingkungan. Hingga pemilahan sampah keluarga hingga pengolahan sampah di bank sampah maupun tempat daur ulang hingga ke tempat pembuangan terakhir.

Contoh saja, Coca Cola yang terus mengejar inovasi pemakaian kemasan plastik yang “lebih ramah lingkungan”, membantu sosialisasi dan edukasi hingga mengeluarkan budgetnya untuk membantu sejumlah Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R).

Hal ini diungkap oleh Komang Ruditha H, yang memimpin TPS3R Desa Seminyak yang jadi percontohan banyak daerah juga negara lain. TPS ini juga pernah menyabet juara hingga tingkat nasional terkait penanganan sampah sehingga gaung prestasinya terdengar ke luar negeri.

Baca Juga: Mr X Ditemukan Sudah Menjadi Mayat dan Mengapung Apung di Perairan Pengambengan

“Banyak sekali kami dibantu pihak Coca Cola, beberapa diantaranya adalah pembangunan gedung learning centre dan truk. Saya sampai malu dibantu Coca Cola terus,” beber Komang di hadapan wartawan dalam acara Coke Tour 2.0 Rabu 31 Agustus 2022.

Apresiasi mantan manajer ini bukan tanpa sebab, pekerjaannya mengurusi sampah di Seminyak yang notabene wilayah pariwisata ini memang lebih banyak ngayahnya.

Kepeduliaan Koming akan kebersihan lingkungannya yang dikelilingi oleh stake holder pariwisata inilah yang membuatnya bertahan hingga telah memiliki 22 truk sampah ini.

“Pesatnya pariwisata sebanding dengan sampah yang dihasilkan, namun tak sebanding dengan alat yang digunakan untuk mengangkut sampah dengan volume besar, dan pada saat tertentu seperti musim angin kami kewalahan. Sedapat mungkin kami memilah sampai maksimal agar jumlah yang dikirim ke TPA seminimal mungkin,” ujar Koming.

Baca Juga: PLN pastikan SPKLU kebutuhan KTT G20 selesai akhir September ini

Koming juga berharap rumah tangga dan kantor juga hotel komit dengan sistem pemilahan sampah di tempat masing-masing. Semisal dengan melakukan hal sederhana salah satunya memilah sampah organic dari anorganik dan mendaur ulang kemasan botol plastik setelah dikonsumsi dapat mengurangi jumlah sampah yang langsung terbuang ke TPA.

Soal pengelolaan sampah berbasis masyarakat ini juga yang tengah digaungkan Coca Cola Europacific Partners (CCEP). Seperti yang dibahas CCEP Indonesia, Armytanti Hanum Kasmito secara daring tentang inisiasi aksi kolektif pengelolaan sampah di masyarakat.

Disinggung bahwa kebutuhan mengurangi pemmrosesan sampah di TPA akan berhasil jika masyarakat sudah maksimal dalam menerapkan pemilahan sampah. Mulai dari rumah tangga dengan metode pengurangan penggunaan barang sekali pakai (reduce), pemanfaatan kembali barang masih bernilai (reuse) dan pengolahan sampah jadi produk baru bermanfaat (recycle), atau disingakt 3R.

Ditekankan juga soal pentingnya edukasi dan sosialisasi dalam tata kelola penanganan sampah. Juga pengetahuan, prilaku serta ekspektasi masyarakat terhadap penerapan 3R harus dipahami dulu sehingga dapat berjalan beriringan dengan penerapan sistemnya.

Baca Juga: Rockefeller Dorong Pembiayaan Katalis Untuk Pemulihan Global

Sementara pentingnya regulasi yang pro lingkungan juga harus terus digaungkan dan betul betul dijalankan. Contohnya pelarangan pemakaian kantong plastik pada toko serta Peraturan Gubernur Bali Nomor 24 Tahun 2020 yang melarang membuang sampah di danau, mata air sungai dan laut serta desakan agar seluruh stakeholder di Pulau Bali melakukan pengelolaan sampah berbasis sumber dari hulu ke hilir.

Namun begitu, semua upaya di atas soal penanganan dari hulu ke hilir plus gencarnya edukasi dan sosialisai tata kelola penanganan sampah semestinya diimbangi juga oleh kepedulian untuk merubah mental masyarakat.

Ini menjadi satu penekanan sepak terjang “Malu Dong Community” yang dimotori oleh Komang Sudiarta di Denpasar.

Baca Juga: Kenal Lewat Medsos, Seorang Perempuan Dianiaya dan Dipalak Usai Berhubungan Intim

Agenda utama komunitasnya memang menanamkan karakter atau malu membuang sampah. Menurutnya kepedulian terhadap kebersihan lingkungan mestinya menjadi mental yang perlu ditanamkan sejak dini bagi generasi muda.

"Komunitas ini hadir diawali keresahan akibat terhadap isu lingkungan terutama sampah di Bali, banyak masyarakat acuh tak acuh terhadap permasalahan ini, ditambah lagi kebiasaan membuang sampah sembarangan yang mengotori lingkungan," ungkap Komang Sudiarta.

Kini aksi nyata yang diinisiasi olehnya sudah berkembang pesat dengan ribuan volunteer yang didominasi anak-anak muda sudah tersebar di seluruh Bali.

Komunitas ini mengusung program 'Segara Gunung' bertujuan untuk menyelesaikan persoalan sampah dengan cara mengedukasi, sosialisasi, eksekusi dan memfasilitasi yang melibatkan berbagai unsur masyarakat, dengan fokus utama di daerah hulu (pegunungan) hingga hilir (pesisir).

Baca Juga: Hadapi Ancaman Krisis Iklim, Jurnalis dan Komunitas Anak Muda Bali Sepakat Berkolaborasi

“Memang butuh waktu tak sebentar, tapi saya yakin perubahan mental ini akan berproses terus ke arah yang lebih baik. Mungkin 10 tahun atau 20 tahun mendatang. Mungkin saya sudah diganti generasi berikutnya,” imbuhnya.

Harapan Komang pun menjadi harapan banyak pihak, bahwa suatu saat nanti generasi berikutnya masih bisa melihat lingkungan hijau dengan udara segar di atas bumi yang lebih baik. ***

Editor: Shira Ade


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x