Kenyang Nggak Harus Nasi, NTB Dorong Konsumsi Jagung, Talas, Umbi Umbian, dan Sagu

19 Juni 2021, 05:51 WIB
NTB galakkan kampanye 'kenyang nggak harus nasi' untuk kesehatan dan ketahanan pangan ke depan. Konsumsi nasi berlebih secara bertahap bisa diganti dengan jagung, talas, umbi-umbian, dan sagu. /Unsplash/Ke Vin

INDOBALINEWS – ‘Kenyang Nggak Harus Nasi.’ Inilah kampanye yang kini getol disosialisasikan Dinas Ketahanan Pangan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Kampanye gerakan diversifikasi pangan lokal itu  mengajak masyarakat untuk mengurangi konsumsi nasi demi kesehatan dan ketahanan pangan ke depan dan bisa menggantinya dengan jagung, talas, umbi-ubian, atau sagu.

Gerakan diversifikasi pangan ‘Kenyang Nggak Harus Nasi’ ini digemakan saat road show TP PPK NTB yang dipimpin Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) NTB Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah, di Mataram, Jumat 18 Juni 2021.

Baca Juga: Penananganan Pascabencana NTB dan NTT, Enam Jembatan Selesai Dibangun

Ketua TP PKK NTB Niken Saptarini ingin diversifikasi pangan atau penganekaragaman bahan pangan non beras ini terus dikembangkan di NTB.

"Peran ibu-ibu sangat diperlukan guna menjaga keseimbangan gizi keluarga," ujarnya, dikutip dari laman RRI.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan NTB Fathul Gani mengatakan kampanye ini dilakukan untuk menurunkan tingginya konsumsi dan ketergantungan masyarakat terhadap beras dan karbohidrat.

"Konsumsi beras yang cukup tinggi saat ini tentu menjadi tantangan tersendiri khususnya bagi masyarakat NTB di yang memiliki keanekaragaman bahan pangan non beras yang tersebar di Sepuluh kabupaten dan kota," kata Fathul Gani.

Baca Juga: Erick Thohir Genjot Perikanan dan Perkebunan Wujudkan Indonesia Lumbung Pangan Dunia

Ia menyebut ketersediaan bahan makanan selain beras tentu menjadi peluang bagi masyarakat guna melakukan diversifikasi pangan dengan mengembangkan industri pangan olahan yang memiliki nilai tambah dari sisi penguatan ekonomi keluarga.

"Peran Pengurus PKK pada semua tingkatan mutlak diperlukan. Ibu-ibu sebagai garda terdepan dalam mengelola ekonomi keluarga tentunya perlu diberikan pembekalan teknis tatacara pengolahan pangan lokal yang memiliki prospektif untuk dikembangkan," katanya.

Selama ini indeks konsumsi beras di NTB masih tinggi yaitu mencapai 120 kilogram per kapita per tahun. Padahal, secara nasional standarnya itu 90 kilogram per kapita per tahun. Ini pula yang menjadi target NTB.

"Caranya dengan apa, kita mengarahkan masyarakat secara perlahan-lahan untuk mengganti makan beras atau nasi dengan nonberas. Apalagi kalangan paruh baya, lansia dan orang dewasa itu sudah harus beralih ke nonberas. Sebab konsumsi terlalu banyak beras kurang baik bagi kesehatan," jelasnya.

Baca Juga: Perjuangan Yabes Roni Bali United Meraih Impian, Tak Makan Nasi Sebulan Demi Sepatu Bola

Ia menmabahkan untuk menurunkan konsumsi beras tersebut, pihaknya terus berupaya mendorong diversifikasi pangan dari beras ke non beras.

Melalui gerakan mengoptimalkan lahan atau pekarangan sebagai lokasi menanam bahan makanan pengganti beras. Contohnya, talas, umbi-umbian, jagung, dan ubi jalar.

"Banyak sekali makanan selain beras seperti jagung, talas, umbi-umbian, sagu sebagai pengganti beras. Apalagi sagu ini kita sedang kembangkan. Ini kita olah sedemikian rupa sehingga cita rasanya tidak kalah dengan produk lain," katanya.***

Editor: M. Jagaddhita

Sumber: Antaranews

Tags

Terkini

Terpopuler