Catat Rekor Tertinggi, Pemerintah Diharapkan Merubah Strategi Penanganan Covid-19

5 September 2020, 07:35 WIB
Ilustrasi Covid-19/ Tumisu / Pixabay /

INDOBALINEWS – Kasus virus corona SARS-CoV-2 makin menggila di Indonesia. Bahkan catat rekor, sentuh angka lebih dari 3.000 kasus baru penambahan Covid-19 dalam satu hari.

Beberapa pekan terakhir, grafik menunjukkan pergerakan yang menanjak bahkan selalu di atas angka 2. 000. Bahkan dua hari terakhir sentuh angka di atas 3.000. Pemerintah pun mengakui kondisi ini mengkhawatirkan.

Baca Juga: Kemensos Kembali Cairkan BLT, Begini Cara Cek Penerima Bansos

Pengakuan jujur dari pemerintah pun muncul bahwa di awal corona datang tidak siap, dan sampai sekarang belum bisa menaklukkan wabah dari Wuhan, China itu.

Dikutip dari laman Pikiran Rakyat. Sabtu, 5 September 2020. Sejak kasus pertama dilaporkan 2 Maret lalu, pemerintah melakukan berbagai cara dan upaya melawan corona. Bagaimana hasilnya?

Sudah enam bulan berlalu, upaya yang dilakukan belum membuahkan hasil memuaskan.

Baca Juga: Mau Umrah Harus Tunggu Dibukanya Penerbangan dan Protokol Kesehatan

Pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Maret-Mei lalu, jumlah kasus sempat melandai. Namun, setelah PSBB dilonggarkan, penambahan kasus baru kembali naik, bahkan melesat.

Dari data yang dirilis Kementerian Kesehatan kemarin, angka kasus baru mencapai 3.622 orang. Ini angka tertinggi sejak Covid-19 mewabah. Dengan penambahan itu, jumlah kasus positif menembus 184.268 orang.

Baca Juga: Pedoman Penerapan Protokol Kesehatan Penyelenggaraan Umrah Sedang Disusun Kemenag

Jika jumlah penambahan konstan di angka 3 ribu, dalam sepekan ke depan jumlah kasus positif akan mencapai 200 ribu orang. Sementara jumlah kematian bertambah 134 orang sehingga totalnya menjadi 7.750 orang.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito mengakui, pemerintah belum bisa menaklukkan corona.

"Pada saat awalnya Indonesia tidak siap hadapi pandemi ini," ucapnya dalam konferensi pers yang disiarkan Youtube Sekretariat Presiden, kemarin.

Baca Juga: Deviden Rp40 Triliun Tidak Jadi Disetorkan oleh BUMN

Wiku menerangkan, seiring berjalannya waktu, Indonesia sempat berhasil mengendalikan dan menekan kasus.

"Namun demikian, beberapa minggu terakhir ini terlihat peningkatan jumlah kasus yang signifikan. Ini mengkhawatirkan," ucapnya.

Pergerakan kasus Covid-19, lanjut Wiku, menunjukkan Indonesia belum berhasil menekan dan mencegah penularan corona secara konsisten.

Baca Juga: Meski sedang di Penjara, Dua Tahanan di Sumsel Bisa Buat Video Asusila

Karena itu, dia meminta semua pihak turut aktif. Sebab, melawan pandemi bukan hanya tugas pemerintah. Tapi juga masyarakat. "Dengan cara menerapkan protokol kesehatan," tegasnya.

Kenapa corona belum bisa ditaklukkan? Epidemiologi dari Universitas Indonesia, Pandu Riono mengatakan, ada yang keliru dalam penanganan Covid-19 yang dilakukan pemerintah dalam enam bulan terakhir.

Dia melihat, penanganan Covid yang dilakukan pemerintah lebih mengedepankan penyembuhan. Padahal, cara efektif mengendalikan Covid adalah pengawasan. Maksudnya, lakukan testing, pelacakan kasus, dan isolasi.

Baca Juga: Dokter, Pak Novel Baswedan Sudah Lewati Fase Kritis

"Saya harap pemerintah mengubah strategi penanganan," sarannya.

Pandu menjelaskan, pengawasan tidak berarti harus membangun laboratorium baru. Tapi, cukup memperkuat laboratorium yang sudah ada.

Peningkatan kapasitas tes di laboratorium akan jauh lebih baik daripada membuat laboratorium baru. Pembangunan laboratorium baru justru memakan waktu.

Baca Juga: Permudah Pelayanan Pajak, Aplikasi Antrean Online DJP Siap Layani Masyarakat

"Jadi kita menanganinya secara manajemen pengendalian wabah yang modern, yang menurut saya bisa dilakukan karena infrastrukturnya sudah ada, manajer-manajernya sudah ada," kata Pandu dalam diskusi virtual, kemarin.

Pandu juga meminta pemerintah meningkatkan pelacakan kasus dengan menguatkan layanan primer, seperti Puskesmas. Penguatan Puskesmas penting karena merupakan garda terdepan dalam tracing, promosi kesehatan, dan paling dekat dengan masyarakat.

Baca Juga: Pengusutan Kasus Jaksa Pinangki Atas Dugaan Gratifikasi dari Djoko Tjandra akan Melibatkan KPK

"Penguatan Puskesmas lebih baik daripada penguatan rumah sakit," tuturnya.

Sejumlah negara yang memanfaatkan cara ini terbukti sukses mengendalikan penyebaran Covid-19. Misalnya, Vietnam dan Thailand.

"Kita belajar dari negara-negara yang mirip sama kapasitasnya, di mana mereka memperkuat layanan primer. Ini belum dioptimalkan," kata Pandu.

Ekonom senior, Faisal Basri punya pandangan lain kenapa corona belum bisa ditaklukkan. Kata dia, penanganan pandemi yang dilakukan pemerintah lebih ke arah ekonomi.

Baca Juga: Fund Raising Event for Bali Hospitality Movement, Bergerak untuk Sesama

Hal tersebut tercermin dalam Perpres Nomor 82/2020 tentang Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

"Kalau dulu Gugus Tugas di bawah Presiden, sekarang di bawah Menteri BUMN. Betul-betul penanganan virus ini lebih ke arah ekonomi," ujar Faisal.

Untuk penanganan Covid-19, ia menilai pemerintah hanya menunggu vaksin corona ditemukan. Padahal, seharusnya pemerintah fokus membenahi wabah.

Baca Juga: Tiongkok Rencanakan Indonesia Jadi Pangkalan Militer , Terungkap Dalam Laporan Kemhan AS

Hal senada disampaikan ekonom senior Chatib Basri. Menurut dia, yang harus dikendalikan pemerintah terlebih dahulu adalah sisi kesehatannya.

Sebab, membuka sebagian aktivitas ekonomi seperti sekarang, juga tidak akan memberikan hasil maksimal. Jika permasalahan virus tidak bisa diatasi, butuh waktu lama untuk memulihkan ekonomi. Sebab, semua sektor penopang perekonomian terutama konsumsi akan tetap anjlok. (***)

Editor: Gede Apgandhi Pranata

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler