Mencegah Anak Kecanduan Gawai, Begini Seharusnya Sikap Orang Tua

1 April 2022, 23:25 WIB
Orang tua perlu membangun interaksi yang baik agar anak tak kecanduan main gawai. /PEXELS

INDOBALINEWS – Kemajuan teknologi ternyata perlu dibarengi dengan sikap bijak untuk menyikapi.

Hadirnya ponsel atau gawai yang memudahkan komunikasi, pembelajaran, dan membantu berbagai aktivitas, menjadi ancaman tersendiri terutama kepada anak-anak jika tak ada pengawasan yang baik.

Psikolog anak dan keluarga Samanta Elsener mengatakan orang tua perlu membangun koneksi atau hubungan yang baik dengan anak agar si buah hati tak kecanduan gawai.

Baca Juga: Dua Tahun Jeda karena Pandemi, Jetstar Mulai Terbangi Rute Perth-Denpasar PP April 2022

Ia menyebut anak yang kecanduan gawai menandakan tidak memiliki koneksi yang baik dengan orang sekitar termasuk orang tua.

"Jadi, gawai itu pelarian anak-anak karena dia tidak mendapatkan koneksi. Sama orang tua enggak dapat, sama teman-temannya juga enggak dapat. Tapi dengan gawai, dia ada interaksi dengan game-nya, dengan tontonannya, yang membuat dia punya pertanyaan dan tertarik dengan sesuatu," kata Samanta dalam sebuah acara virtual, belum lama ini.

Kata dia ada berbagai cara yang dapat dilakukan orang tua untuk membangun koneksi yang baik dengan anak.

Misalnya, dengan membacakan buku-buku yang menarik dan dapat meningkatkan rasa ingin tahu serta membuat anak tergerak untuk mengamati lingkungan sekitar.

Baca Juga: Maybank Bali Marathon Kembali Digelar 28 Agustus 2022, Sandang Elite Label dari World Athletics

Jika anak sangat sulit untuk lepas dengan gawai, Samanta menyarankan untuk mengajak anak bermain gawai di beranda rumah. Kemudian, alihkan perhatiannya secara perlahan.

"Jadi bawa ke luar rumah dulu biar dia menikmati area di luar. Lama-lama kita alihkan, misalnya 'eh, di sana ada burung, liat deh'. Jadi kita alihkan pelan-pelan supaya matanya enggak ke gawai terus. Kalau langsung dipaksa, nanti dia antipati dengan kegiatan di luar rumah," ujar Samanta.

Setelah itu, lanjut Samanta, orang tua bisa mulai mengajak anak untuk bermain di sekitar rumah seperti bersepeda atau berjalan kaki. Kemudian, berikan anak tantangan yang bisa membuat dia memperhatikan lingkungan sekitar.

 "Misalnya, nanti kalau ada rumah catnya warna merah, kita hitung, yuk, ada berapa. Jadi dBaca Juga: Idulfitri 2022: Begini Aturan Mudik Aman untuk Antisipasi Penularan Covid 19ikasih tantangan supaya dia memperhatikan sekitarnya dia," imbuh Samanta.

\Kemudian, lanjut dia, barulah batasi penggunaan gawai setiap hari sesuai kategori usia anak dan mendiskusikan kegiatan yang bisa dilakukan bersama, serta aturan-aturan yang di dalamnya terdapat reward (hadiah) dan punishment (konsekuensi).

Namun, Samanta mengingatkan bahwa konsekuensi harus merupakan sesuatu yang membangun karakter anak, bukan menghukum. Menurut dia, hukuman justru akan membuat anak menjadi benci pada orang tuanya dan semakin menghilangkan koneksi dengan orang tuanya.

"Misal dia main gawai lebih dari waktu yang disepakati, dihukum lihat tembok satu jam. Itu tidak akan membuat anak jera. Tapi, konsekuensi jika main gawai lebih dari satu jam, berarti besok tidak ada waktu main gawai tapi baca bukunya lebih banyak," ujar Samanta.

 

"Kalau anak sudah ada koneksinya dengan orang tua, kita ngomong apa pasti didengerin, kita enggak usah pakai teriak-teriak," tuturnya,.***

Editor: M. Jagaddhita

Sumber: Antaranews

Tags

Terkini

Terpopuler