Navicula Rilis 'Mulih', Terinspirasi Situasi Pandemi

- 13 Oktober 2021, 16:37 WIB
Personel Navicula.
Personel Navicula. /Dok Navicula

INDOBALINEWS - Navicula merilis lagu berbahasa Bali pertama setelah 25 tahun di industri musik.

Lagu ini bekerjasama dengan Yayasan Puri Kauhan Ubud, untuk ajakan Mai Mebasa Bali, sebuah upaya untuk mengakrabi kembali Bahasa Bali. 

Lagu ini direkam di Denpasar, pada 2 Juli 2021 dan menghadirkan Donnie Lesmana, Gitaris Lolot pada part solo gitar.  Videonya sendiri bisa ditonton di kanal Youtube Navicula Music dan telah rilis pada 10 Oktober 2021.

Baca Juga: 7 Hari Dicari Tak Ketemu, Basarnas Hentikan Pencarian Seorang Nelayan Hilang di Karangasem

Mulih terinspirasi dari situasi pandemi saat ini. Video ini bercerita tentang orang yang dulu bekerja di pariwisata. Ia kehilangan pekerjaannya dan terpaksa pulang kampung ke daerah asal mereka karena tidak mampu memenuhi kehidupan di rantau. 

Menurut penelitian lembaga Kopernik, tempat Robi Navicula bekerja, lembaga ini mendapati data, ada 81% masyarakat Bali yang terdampak secara ekonomi dan 46%nya kehilangan pekerjaan. 

“Industri di Bali secara keseluruhan sangat bergantung dengan industri pariwisata. Ibarat menaruh telur di dalam satu keranjang. Saat keranjang jatuh, maka seluruh telur akan ikut jatuh dan pecah,” kata Gede Robi, vokalis Navicula mengibaratkan pandemi dan ekonomi di Bali saat memperkenalkan lagu baru di Kubu Kopi, Renon Selasa 12 Oktober 2021.

Baca Juga: Wapres: Konsep Rukhsah Bisa Diaplikasikan dalam Aturan Perundangan

Saat ini, Industri pariswisata adalah industri paling terpuruk di Bali akibat Pandemi. Banyak tenaga kerja yang menganggur dan pulang ke kampung. 

“Kampung adalah harta yang terlupakan. Di kampung orang bisa dapatkan kedaulatan pangan, syukur-syukur mereka punya lahan sehingga mereka punya opsi untuk kebutuhan dasar. Ada udara yang segar, masih ada dan beberapa harta berupa kebijakan lokal yang dulu ditinggakan, kini mulai diingat kembali,”  imbuhnya.

Pesan di video ini, pandemi mengajarkan kita untuk memikirkan ulang skala prioritas agar tidak semata bergantung di pariwisata, tapi kembali memikirkan sektor lain seperti kedaulatan pangan/pertanian.

Baca Juga: Dikawal Ketat, Bandar Narkoba Penghuni Lapastik Bangli Dipindah ke Lapas Nusakambangan

Mumpung banyak orang pulang kampung, terjadi ledakan tenaga kerja di desa, sebenarnya ini harus menjadi momentum kebangkitan pertanian dan desa.

Siapa tahu setelah pandemi, mereka yang pulang kampung, setelah dilatih untuk mengembangkan pertanian, malah berpikir untuk tinggal dan mengembangkan desanya.

Harapannya, kalau dulu ada masalah krisis petani, kini sudah tidak ada lagi. “Jadi tidak ada lagi orang yang merasa gagal ketika pulang kampung, tapi ketika orang pulang kampung, ini akan menjadi pride. Karena di desa, pertanian akan menjadi kunci utama pelestarian alam dan budaya,” tambah Robi yang juga adalah seorang petani kopi di kampungnya di Tabanan.

Baca Juga: 6 ABG Terlibat Curas, Polisi Tegaskan Tak Lakukan Diversi

Menurut kami, Navicula, melestarikan budaya pertanian sama dengan melestarikan Budaya Bali. Akar Budaya Bali adalah pertanian. Dan pertanian yang ramah lingkungan, selain melestarikan budaya, dia juga akan menjaga alam.

Pandemi juga mengingatkan kita bahwa, sepenting-pentingnya industri pariwisata di Bali, aset yang dijual pada pariwisata di Bali ada dua hal budaya dan alam.  

Baca Juga: Upacara Ngaben di Bali Tunjukkan Contoh Adaptasi Kebiasaan Baru

Penggarapan video bekerja sama dengan Silurbarong. Navicula telah tiga kali bekerjasama dengan lembaga film yang digawangi anak muda. Musik Video Ibu dan Dagelan Penipu Rakyat adalah kolaborasi Navicula dengan Silurbarong sebelumnya. ***

Editor: Shira Ade


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x