Yayasan IDEP Dorong Forum GPDRR Akomodasi Ide Ide Lokal untuk Penanganan Bencana

23 Mei 2022, 18:26 WIB
Acara Glocal For Disaster Risk Reduction Bale Resiliensi Indonesia Senin 23 Mei 2022, ruang diskusi dan edukasi yang digelar pada 23 - 27 Mei 2022 di Warung Kubu Kopi, Denpasar. /Dok Full

 

INDOBALINEWS - Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR)  ketujuh.

Kegiatan berskala internasional yang berlangsung pada 23-28 Mei 2022 Nusa Dua, Bali dan dihadiri 4.000 peserta, baik dari lembaga ataupun perseorangan.

Tidak sedikit pemangku kepentingan yang optimis kegiatan ini akan berdampak bagi penguatan kapasitas dan sistem penanggulangan bencana di Indonesia.

Baca Juga: GPDRR 2022: Kunjungi Rumah Resiliensi Indonesia, Jendela Dunia untuk Penanggulangan Bencana Indonesia

Pasalnya, GP-DRR ini menjadi ruang berbagi praktik baik penanggulangan bencana di banyak negara.

Strategisnya kegiatan ini mendorong banyak pihak, terutama kelompok masyarakat sipil-lokal yang selama ini bergiat dalam penanggulangan bencana di Indonesia, untuk dapat lebih berpartisipasi aktif di dalamnya.

Baca Juga: BNPB Berduka Cita atas Meninggalnya Jubir Satgas Covid, Achmad Yurianto

Salah satunya yayasan Idep Selaras Alam (IDEP). IDEP selama berlangsungnya GPDRR mendorong sebuah inisiatif Glocal For Disaster Risk Reduction Bale Resiliensi Indonesia.

Bale Resiliensi merupakan ruang diskusi dan, edukasi yang digelar pada 23 - 27 Mei 2022 di Warung Kubu Kopi, Denpasar.

Kegiatan ini merupakan kerjasama antara yayasan IDEP dengan forum wartawan penanggulangan bencana (Wapena). 

Baca Juga: 2 Tahun Vakum, Bali Spirit Festival 2022 Kembali Digelar, Jadi Titik Bali Kebangkitan Pariwisata Bali

"Bale Resiliensi bertujuan untuk mengakomodir Ide-ide lokal dalam penanganan bencana," kata direktur eksekutif IDEP M. Awal dalam keterangan pers di Kubu Kopi, Senin 23 Mei 2022.

Selama lima hari IDEP akan menghadirkan sejumlah narasumber membedah berbagai topik. 

Topik-topik yang disajikan adalah  prinsip dan sekolah premaculture, respon lokal dan rehabilitasi pasca bencana, model penguatan satuan Pendidikan aman bencana (SPAB) Bali dan model sekolah tangguh bencana di Indonesia.

Baca Juga: Video Viral di Medsos Dugaan Pengeroyokan di Lapangan Lumintang Denpasar, Ternyata Korban Cinta Segitiga

Kemudian ada juga kerelawanan dan kelompok remaja peduli bencana, hutan belajar remaja peduli keadilan iklim, peran anak dan remaja dalam pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim, manfaat cash voucher assistance (cva) untuk kelompok rentan dan marginal serta journalist sahabat anak dan liputan kebencanaan. 

"Beberapa NGO di Indonesia akan hadir untuk menguatkan pekan diskusi kita di bale Resiliensi," ujar Awal. 

Baca Juga: Viral di Medsos, Bule Panjat Pohon Sakral Tanpa Busana, Dideportasi Usai Minta Maaf

Dia berharap gagasan-gagasan bale resiliensi bisa didengar oleh forum GPDRR dan dijadikan pertimbangan dalam merumuskan langkah strategis penanggulangan bencana.

"Kita harap suara-suara didengarkan di sana. Kalau ada kesempatan bicara, nanti akan kita sampaikan di sana," ujar Awal. 

Baca Juga: Catat Sejarah: Bali Tuan Rumah Vespa World Days 2022, Indonesia Jadi Negara Pertama di Luar Eropa Sejak 1954

Sementara itu perwakilan Wapena Bali Rofiqi Hasan menegaskan pentingnya penguatan komunitas dan pendekatan lokalitas dalam mitigasi bencana. Penguatan masyarakat lokal dalam merespon bencana harus disiapkan. 

"Kebijakan pemerintah seharusnya bukan yg turun dari atas tapi didiskusikan dari bawah. Apalagi ada undang-undang desa, dengan undang-undang tersebut masyarakat desa bisa perkuat kemandirian dan otonomi untuk merumuskan potensi bencana dan cara mengatasi," ucap Rofiqi.***

 

Editor: Shira Ade

Tags

Terkini

Terpopuler