Semangat ini menjadi bagian dari penyelenggaraan GPDRR 2022 yang dapat secara konkret untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan secara luas kepada masyarakat.
Di sisi lain, Indonesia memiliki modalitas sosial yang bisa dijadikan kisah berhasil dalam upaya-upaya pengurangan risiko bencana. Di Bali, banyak cerita sukses yang bisa diangkat sebagai berbagai kisah kepada komunitas internasional.
Baca Juga: WNA Uzbekistan yang Dituduh Mencuri Ternyata Seorang Dermawan
Raditya mengingatkan kesadaran bersama sangat dibutuhkan untuk mewujudkan komitmen bersama dalam pengurangan risiko bencana. Media bagian pentaheliks penanggulangan bencana memiliki kemampuan dalam mengkomunikasikan dan menggerakkan masyarakat dengan penjangkauan secara luas kepada masyarakat.
“Risiko adalah urusan bersama. Menghadapi risiko, kita memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan resiliensi bangsa,” ujar Raditya.
Sementara itu, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Widiarsi Agustina menyampaikan event GPDRR ini bukan hanya seremoni. “GPDRR ini merupakan semangat untuk ketangguhan,” ujar Widiarsi.
Baca Juga: Drama terbaru “Soundtrack #1”, Han So Hee Didapuk Jadi Pemeran Utama
Di hadapan para jurnalis Bali, Widiarsi berpesan peran mereka terhadap roh jurnalistik yaitu kerja mengabdi kemanusiaan. Terkait dengan penyelenggaraan GPDRR di Indonesia, ia mengatakan bahwa sisi kemanusiaan ini yang harus diwujudkan. Persoalan risiko tidak bisa dilakukan oleh setiap individu atau satu bangsa.
Widiarsi mengajak untuk melakukan gerakan sosial untuk membangun kesadaran sehingga pada akhirnya ada perubahan perilaku di tengah masyarakat.
Indonesia memiliki modalitas seperti gotong royong atau kearifan lokal lain yang dimiliki masing-masing daerah di Indonesia.